Indonesian
Friday 26th of April 2024
0
نفر 0

Religious is Nonsens ?

Religious is Nonsens ?

Mengapa kita harus beragama?
Pertanyaan ini mungkin adalah pertanyaan konyol yang menurut sebagian orang tidak perlu ditanyakan. Pertanyaan yang meskipun ada ataupun tdk ada jawabannya toh kebanyakan orang sudah beragama meskipun mereka tidak tahu kenapa dan untuk apa harus beragama. Sebagian orang mungkin merasa tidak perlu menanyakan pertanyaan bodoh ini karena memang sejak kita lahir, semua orang di sekitar kita sudah memiliki agama dan kita pun lahir dari orang tua yg memang sudah beragama. sejak kecil kita diajarkan untuk ikut tata cara orang tua beragama tanpa tahu dan tanpa boleh bertanya kenapa orang tua atau orang di lingkungan kita beragama. Atau malah kita takut untuk bertanya karena pertanyaan ini dianggap tabu untuk ditanyakan. kenapa kita harus beragama ?
Mungkin inilah juga sebab mengapa sekarang kita melihat orang beragama dengan penampilan yang agamis, memakai atribut dan aksesoris agama, berjenggot, berkopyah, berjilbab dan seterusnya, tapi  kelakuan mereka layaknya orang yang tidak punya agama, korupsi, berkata-kata kotor menghujat, memfitnah orang lain dengan label sesat atau kafir, dan bahkan rela membunuh orang atas nama agama.


Atau lebih miris lagi sebagian orang, beranggapan bahwa beragama atau tidak beragama bagi mereka sama saja atau menyamakan bahwa semua agama hanyalah sandiwara mereka yang punya kepentingan politis, nafsu ingin menguasai orang lain dan agama adalah candu masyarakat. Sehingga untuk lari dari kegamangan pemikiran ini mereka lantas memilih untuk menyamakan semua agama atau bahkan tidak beragama sama sekali (baca: Atheis)


Untuk itu, mari sejenak kita berpikir kembali dan mencoba menata ulang bangunan pikiran kita tentang agama. Dan mengupas agama dengan menggunakan rasionalitas akal. Bukankah beragama harus dimulai dari berpikir?


Manusia adalah makhluk yg terbatas. Bahkan seluk beluk dirinya pun dia tidak ketahui, dari mana dia datang, untuk apa di dunia ini, dan akan kemana manusia pd akhirnya. Apa yg terjadi pada dirinya besok dan akan datang, manusia tidak mngetahuinya. Manusia hanya bisa memprediksi tanpa bisa memastikan. Benar, jika ada adagium yang mengatakan bahwa manusia adalah wujud yang tidak diketahui.


Manusia hanya tahu bahwa dirinya ada di dunia ini tanpa diinginkan secara sadar dan manusia tidaklah menciptakan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yg diciptakan. Dan ibarat seorang koki masakan yang mengetahui resep dan cita rasa masakannya maka hanya yg menciptakan manusialah yang mengetahui manusia itu makhluk apa dan seperti apa kebutuhannya. Manusia adalah makhluk yang diciptakan. Dan salah satu kebutuhan manusia diantara sekian banyak kebutuhan yang lain secara fitrah adalah beragama. Yah, beragama adalah fitrah manusia. Beragama adalah kebutuhan manusia dan manusia butuh untuk beragama.


Manusia adalah makhluk Spiritual


Secara jasmani, manusia butuh makan, minum, dan untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya dia butuh hubungan biologis. Dalam dimensi ini manusia sama dengan binatang melata pada umumnya.


Secara naluri atau syahwat manusia butuh untuk menyayangi dan di sayangi, mencintai dan dicintai, memiliki rasa kasih sayang, senang, sedih, suka dan duka dll. Dan binatang pun dalam level ini masih sama dengan manusia. Manusia yg berhenti dan hanya melihat dirinya hanya sebatas pada level ini maka dia pun masih dikatakan sama dan tidak ada bedanya dengan binatang pada umumnya. Bahkan kecenderungan, rasa kasih dan cinta hewan lebih peka dari manusia.


Manusia juga memiliki kebutuhan untuk mensucikan sesuatu yg dianggap baik, mencintai sesuatu yg indah, mencari kesempurnaan, cinta akan kebaikan, mencari kebenaran sejati, mencari manfaat dan kebahagiaan dalam hidupnya , dan menyembah yg maha sempurna. Dan dimensi inilah yang oleh Danah Zohar dan Ian Marshall disebut sebagai God spot (Spiritual Intelligence, 2001) atau naluri cinta akan kebaikan sejati yang ada pada diri manusia. Dimensi inilah yg membedakan manusia dengan binatang. Inilah dimensi ruhani dan spiritual yang oleh Imam Ali bin Abi Thalib sebut sebagai akal yang menjadikan manusia menjadi istimewa dari selain manusia. Inilah dimensi akal manusia yang secara fitrah selalu mengarahkannya untuk mencintai sesuatu yang agung nan suci. Lebih banyak bergelut dan menyibukkan diri pada dimensi jasmani dan syahwat akan mengurangi kepekaan manusia akan kebutuhan ruhani dan spiritual yang ada dalam dirinya. Karena dimensi ini pula menjadi tujuan manusia diciptakan. Manusia adalah makhluk spiritual yang atribut ini tidak disematkan pd makhluk yang lain. Karena dimensi ruhani dan spiritual inilah manusia lebih baik dari binatang atau malah lebih buruk dari binatang jika potensi ruhani ini diabaikan.


Beragama mengajarkan orang mengenal identitas dirinya sendiri sebagai makhluk yang terbatas, sebagai wujud yang tergantung sepenuhnya pada selain dirinya dan butuh pada selain dirinya. Beragama adalah identitas manusia sesungguhnya dan hanya mereka yang tidak mengenal dirinyalah yang tidak memahami adanya naluri bertuhan yang merupakan fitrahnya. Potensi mulia ini hanya bisa dikenali jika manusia mau meningkatkan level identitas dirinya dari makhluk yang hanya sekedar mampu berjalan, berbicara dan mencari makan menjadi makhluk yang mengetahui makna kesucian dan kebenaran serta mengikutinya. Yang setelah mengenal dan mengikuti kebenaran kemudian merealisasikannya di dunia kesehariannya

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Sifat-sifat Tuhan
Apa manfaat belajar IPTEK (ilmu pengetahuan teknologi) untuk dunia akhirat?
Apakah maksud dari qaulan tsaqila (firman yang berat) dalam ayat “Inna sanulqi ...
Tadarus; Membaca Ulang Dialog Nabi dan Musyrik Quraisy Soal Mukjizat
Pohon Tauhid
Setelah Detik-Detik Kematian Berlalu
Merajut Ridha Ilahi
Dibelahnya Dada Rasulullah saw: Fakta atau Fiksi
Pengumpulan Al-Quran
Sunni, Syiah, atau Wahabi: Apa Bedanya?

 
user comment