Indonesian
Saturday 27th of April 2024
0
نفر 0

Mengontrol Diri Saat Mendapat Pujian

Mengontrol Diri Saat Mendapat Pujian



Pepatah mengatakan bahwa pujian, sanjungan,

penghargaan dan sejenisnya adalah ibarat racun yang

manis rasanya. Ya, meskipun manis, ia adalah racun

yang harus ditawarkan.

Agar pujian itu tidak berubah menjadi racun, maka

penerimanya tidak boleh terlena yang menyebabkan

munculnya perasaan sombong. Imam Al-Ghazali (w. 505 H)

telah mewanti-wanti bahwa orang yang menerima pujian

harus ekstra hati-hati terhadap munculnya beragam

penyakit hati yang berbahaya seperti sombong dan

takabbur.

Selanjutnya, dengan tetap menjaga etika dan berterima

kasih sewajarnya kepada pemberi pujian, penerimanya

harus segera sadar diri bahwa orang yang memujinya itu

tidak lebih tahu kenyataan yang sebenarnya dari pada

penerima pujian. Bahkan, si penerima pujian pun tidak

lebih tahu yang sebenarnya dari pada Allah Swt.

Diceritakan oleh Al-Ashmu’i bahwa ketika Sayyidina Abu

Bakar Ash-Shiddiq Ra menerima pujian, ia mengucapkan

doa berikut:

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ بِي مِنْ نَفْسِي، وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِي مِنْهُمْ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي خَيْرًا مِمَّا يَحْسَبُونَ وَاغْفِرْ لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ، وَلَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ

Artinya: Ya Allah, Engkau lebih mengetahui diriku dari

pada aku sendiri. Aku lebih mengetahui diriku dari

pada mereka. Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari

pada apa yang mereka sangkakan kepadaku. Ampunilah aku

atas apa yang tidak mereka ketahui dan janganlah

Engkau siksa aku atas apa yang mereka ucapkan. [Abul

Hasan Al-Mawardi (w. 450 H), Adabud Dunya wad Din]

Sama dengan Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina ‘Ali bin

Abi Thalib Ra pun beristighfar saat menerima pujian:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ وَلَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ وَاجْعَلْنِي خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّونَ

Artinya: “Ya Allah, ampunilah aku atas apa yang tidak

mereka (para pemuji) ketahui. Janganlah engkau siksa

aku sebab apa yang mereka katakan. Jadikanlah aku

lebih baik dari apa yang mereka sangka.” [Al-Ghazali

(w. 505 H), Ihya` ‘Ulumiddin]

***

Dengan sadar diri, seseorang akan tahu seberapa benar

pujian dan penghargaan itu sesuai dengan kenyataan

dirinya. Dengan tetap ingat akan adanya anugerah

Allah, seseorang akan tahu siapa yang lebih pantas

mendapatkan pujian.

Dengan kontrol ini, seseorang akan selamat dari racun

pujian sebagaimana dikemukakan Sufyan bin ‘Uyainah:

لا يضر المدح من عرف نفسه

Artinya: “Pujian itu tidak berbahaya bagi orang yang

sadar diri.”

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Peran Perempuan dalam Kebangkitan al-Husain as (Bagian Kedua)
Isa Al-Masih akan Turun dan Shalat di Belakang Imam Mahdi (af)
MENGENAL NAFS (I)
Dengan siapakah Habil dan Qabil menikah?
Semerbak Harum Mahdi as (Bagian kesembilanbelas)
Mengapa Qabil membunuh Habil?
Apakah Bunda Imam Mahdi Ajf juga tergolong maksum?
Aku Lebih Baik dari Dia
Diantara Karomah Imam Ali bin Musa Ar-ridha as
Shalat dan Munajat di Hari Raya Idul Fitri

 
user comment