Indonesian
Thursday 28th of March 2024
0
نفر 0

Kebijaksanaan Nabi Ya’qub dalam Menghadapi Kebohongan Putra-Putranya

Kebijaksanaan Nabi Ya’qub dalam Menghadapi Kebohongan Putra-Putranya



Allah swt Berfirman,

وَجَآؤُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنفُسُكُمْ أَمْراً فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللّهُ

الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ

Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang

berlumuran) darah palsu. Dia (Ya‘qub)

berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah

yang memandang baik urusan yang buruk itu;

maka hanya kesabaran yang terbaik (bagiku).

Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya

terhadap apa yang kamu ceritakan.”

(QS.Yusuf:18)

 

Dalam kisah ini, saudara-saudara Yusuf

melapor pada ayah mereka bahwa Yusuf telah

dimangsa oleh serigala. Mereka membawa bukti

baju Yusuf yang telah dilumuri darah palsu.

Saat itu Nabi Ya’qub mengetahui dengan pasti

dan yakin bahwa mereka telah berbohong. Namun

beliau hanya berkata, “maka hanya kesabaran

yang terbaik (bagiku).”

Seorang ayah ataupun seorang pembimbing

seperti Nabi Ya’qub, disaat beliau begitu

yakin dengan kebohongan putra-putranya yang

telah menyakiti seorang yang paling

dicintainya, beliau tidak langsung memukul

atau mengusir mereka. Bahkan tidak mencela

anak-anaknya dengan satu kalimat pun. Akan

tetapi beliau hanya bersabar untuk dapat

menyesaikan persoalan dan mencegah agar tidak

terjadi masalah yang lebih besar.

Ayat ini menyimpan pelajaran yang begitu

berharga. Yaitu agar kita tidak terburu-buru

untuk menghukum seseorang karena

kesalahannya. Misalnya sebagai seorang ayah,

jangan tergesa-gesa untuk menghukum anak kita

ketika melakukan kesalahan. Jangan langsung

memarahi, memukul atau mengusirnya. Mengapa

demikian?

Karena terkadang, jika kita mengusir seorang

anak karena kesalahannya, atau menghukumnya

dengan hukuman yang keras tidak akan

membantunya menyelesaikan masalah. Anak kita

akan terjebak semakin dalam dan bisa

melakukan hal-hal yang lebih buruk.

Karena itu Imam Ali bin Abi tholib

mengajarkan bahwa ketika menegur kesalahan

anak, berilah peluang baginya untuk berbicara

sehingga memiliki kesempatan untuk membela

diri. Berilah dia ruang untuk menjelaskan apa

yang terjadi.

Semoga ayat ini dapat menjadi pelajaran bagi

kita semua, sehingga sebagai seorang

pembimbing kita dapat mengambil sikap yang

bijaksana dan tidak menyebabkan masalah

bertambah lebih besar.

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Dunia Lisan: Menceritakan Rahasia Pribadi
Melacak Jejak Imam Ali Melalui Bendera Macan Ali
Peran Kasih Sayang dalam Pendidikan
Apa perbedaan tafsir dengan pendapat pribadi dan tafsir secara intelektual yang merupakan ...
Kedudukan Keluarga Dalam Islam
Menjadi Wanita itu Harus Cerdas
Mendidik Anak Meraih Sukses Keluarga
Sepucuk Surat Inspiratif
Tahap-Tahap Perkembangan Keagamaan Pada Anak
Ketika Kepercayaan Diri Anak Hilang

 
user comment