Indonesian
Thursday 18th of April 2024
0
نفر 0

Bulan Perjamuan Tuhan (13)

Bulan Perjamuan Tuhan (13)



Ramadhan adalah bulan Tuhan, bulan turunnya al-Quran, dan bulan penuh rahmat, berkah, dan ampunan. Ramadhan adalah bulan di mana kaum Muslim mempererat hubungannya dengan al-Quran dan mengekspresikan ketaatan mereka dengan menunaikan kewajiban dan amalan sunnah. Dengan cara ini, mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Swt sekaligus memperoleh rahmat-Nya yang maha luas dan mencapai derajat tinggi ketaqwaan.

Kunci sukses di segala bidang adalah memanfaatkan peluang dan kondisi kondusif yang tercipta. Orang-orang yang bijak selalu berusaha untuk memanfaatkan setiap peluang secara optimal. Mereka mengetahui bahwa waktu akan cepat berlalu dan setiap kelalaian hanya menyisakan penyesalan. Oleh karena itu, para pemuka agama selalu meminta masyarakat untuk menghargai waktu, karena ia akan berlalu laksana awan.

 

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian melimpahkan anugerah di hari-hari kalian, maka carilah augerah itu, mungkin kiranya salah satu di antara kalian mendapatkannya, maka tidak akan celaka selamanya.” Dalam hadis lain, beliau berkata, "Barang siapa yang telah dibuka untuknya pintu kebaikan, maka ambillah keuntungan darinya, karena tidak diketahui kapan pintu itu akan ditutup kembali."

 

Bulan Ramadhan termasuk dari hari-hari yang penuh dengan limpahan rahmat Tuhan, dan setiap detiknya menyediakan kesempatan istimewa yang akan mengundang penyesalan jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Demi meraih semua keutamannya, kaum Muslim mengisi hari-hari di bulan Ramadhan dengan membaca al-Quran, bermunajat, berzikir, dan memperbanyak kebaikan.

Para imam maksum as telah mengajarkan banyak doa kepada kita untuk mengisi rutinitas ibadah selama Ramadhan dan salah satu yang paling populer adalah doa Iftitah yang terdapat dalam kitab Mafatih al-Jinan. Doa ini secara khusus dibaca di malam hari bulan Ramadhan dan berisi pengetahuan tingkat tinggi mengenai pengenalan Tuhan. Salah satu ciri penting dari doa Iftitah adalah perhatian terhadap masalah dan persoalan sosial masyarakat.

 

Doa ini dinamakan Iftitah karena ia diawali dengan Hamd (pujian) kepada Allah Swt;

اَللَّهُمَّ اِنّی اَفْتَتِحُ الثَّناءَ بِحَمْدِکَ وَاَنْتَ مُسَدِّدٌ لِلصَّوابِ بِمَنِّکَ وَ اَیْقَنْتُ اَنَّکَ اَنْتَ اَرْحمُ الّراحمینَ فی مَوْضِعِ الْعَفْوِ وَ الرَّحمَةِ وَ اَشَدُّ المُعاقِبینَ فی مَوْضِعِ النَّکالِ و النَّقِمَةِ وَ اَعْظَمُ المُتَجَبَّرِینَ فی مَوْضِعِ الکْبریاءِ وَالْعَظَمَةِ. اَلّلهُمَّ اَذِنْتَ لی فی دُعائِکَ وَ مَسْئَلَتِکَ فَاسْمَعْ یا سَمیعُ مِدْحَتی وَاَجِبْ یا رَحیمُ دَعْوَتى وَ اَقِلْ یا غَفُورُ عَثْرَتی…

"Ya Allah kubuka pujian dengan memuji-Mu, sedangkan Engkau meluruskan kebenaran dengan karunia-Mu dan aku yakin bahwa Engkau adalah Yang Lebih Pengasih dari para pengasih dalam kondisi harus memaafkan dan mengucurkan rahmat, Yang paling keras menyiksa ketika (Engkau) harus menyiksa dan mengazab, dan Dzat Agung Yang Teragung dalam kebesaran dan keagungan. Ya Allah, Engkau telah mengizinkanku untuk berdoa dan memohon kepada-Mu. Maka, dengarkanlah wahai Yang Maha Mendengar pujianku, kabulkanlah wahai Yang Maha Penyayang permohonanku, dan maafkanlah wahai Yang Maha Pengampun ketergelinciranku…"

 

Hal yang akan membuat manusia bahagia adalah mereka harus memahami bahwa dirinya kerdil dan hina di hadapan Allah Swt. Semua kebaikan datang dari sisi Allah dan setiap kesengsaraan bersumber dari perilakunya yang salah dalam memilih jalan. Manusia perlu mengetahui bahwa jalan keliru yang ia tempuh dengan ikhtiyarnya sama saja dengan menentang kehendak Tuhan. Mereka harus memposisikan dirinya antara Khauf (takut akan keagungan Tuhan) dan Raja' (berharap akan rahmat-Nya).

 

Perlu dicatat bahwa berputus asa dari rahmat Allah adalah termasuk dosa besar. Manusia tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah sekali pun memiliki banyak dosa. Rahmat Allah sangat luas dan orang yang melakukan taubat nasuha, pasti akan memperoleh pengampunan-Nya. Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Tidak termasuk orang mukmin kecuali di hatinya ada dua cahaya; cahaya Khauf  dan cahaya Raja'. Jika keduanya ditimbang, maka tidak ada yang lebih berat dari salah satunya."

 

Salah satu kandungan doa Iftitah yang sangat penting adalah ungkapan suka cita atas berdirinya Negara Islam Global yang berada di bawah kepemimpinan Imam Mahdi as ketika beliau muncul, penjelasan tentang tujuan negara Islam dan kewajiban kita terhadapnya.

 

 

اَللّهُمَّ اِنّا نَرْغَبُ اِلَیْکَ فی دَوْلَةٍ کَریمَةٍ، تُعِزُّ بهَا الاِسْلامَ وَاَهْلَهُ، وَتُذلُّ بهَا النِّفاقَ وَاَهْلَهُ وَتَجْعَلُنا فیها مِنَ الدُّعاةِ اِلی طاعَتِکَ، وَالْقادَةِ اِلی سَبیلِکَ، وَتَرْزُقُنا بها کَرامَةَ الدُّنْیا وَالاْخِرَةِ…

"Ya Allah, kami mengharap kepada-Mu (untuk mewujudkan) sebuah pemerintahan mulia yang dengannya Engkau memuliakan Islam dan para pengikutnya, menghinakan kemunafikan dan para penyandangnya, menjadikan kami di antara pengajak kepada ketaatan-Mu dan pemimpin menuju jalan-Mu, dan menganugrahkan kepada kami kemuliaan dunia dan akhirat."  

Salah satu doa lain dengan kandungan yang tinggi adalah doa Abu Hamzah al-Tsumali, yang dibaca pada waktu sahur selama Ramadhan. Abu Hamzah al-Tsumali adalah salah seorang dari sahabat Imam Sajjad as, Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Ia meriwayatkan doa ini dari Imam Sajjad as, dan oleh karenanya doa ini terkenal dengan namanya. Abu Hamzah adalah seorang perawi, pakar hadis, dan seorang mufasir di abad kedua Hijriyah. Diriwayatkan dari Imam Ridha as bahwa Abu Hamzah pada zamannya sama seperti Salman pada zamannya.

 

Doa Abu Hamzah al-Tsumali diawali dengan bacaan; إِلَهِي لا تُؤَدِّبْنِي بِعُقُوبَتِكَ dan diakhiri dengan kalimat; وَ رَضِّنِي مِنَ الْعَيْشِ بِمَا قَسَمْتَ لِي يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِين . Doa ini mengandung makna-makna yang tinggi dari sifat-sifat Allah Swt dan pengetahunan tentang irfan, akhlak, serta masalah sosial dan politik. Doa Abu Hamzah al-Tsumali menggambarkan jalan untuk bertaubat, menjaga diri, dan mensyukuri nikmat-nikmat Ilahi.  

 

Doa ini juga mengingatkan tentang kesulitan di alam kubur dan Hari Kiamat, beratnya beban dosa, dan juga menegaskan untuk senantiasa mematuhi dan mengikuti Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya yang suci. Doa ini juga memuat permohonan kepada Allah Swt agar kita dijaga dari kejahatan setan dan penguasa yang zalim, serta dibersihkan dari sifat-sifat yang tercela; malas, frustasi, dan sedih.

 

Doa Abu Hamzah al-Tsumali secara jelas menunjukkan tentang tata cara berdoa dan bermunajat kepada Allah Swt. Pembaca diajak untuk selalu menyimpan rasa takut dan harapan (khauf dan raja'). Ketika seseorang mengingat dosa-dosanya, ia akan merasa malu di hadapan Allah Swt, dan saat ia memperhatikan rahmat Tuhan yang sangat luas, maka harapan akan tumbuh dalam dirinya.

 

Kondisi Khauf dan Raja' harus selalu hadir dalam diri manusia. Di salah satu baitnya, Imam Sajjad as memohon, "Aku menyeru-Mu, wahai junjunganku dengan lisan yang telah dibisukan oleh dosanya, Rabbi, aku bermunajat kepada-Mu dengan hati yang telah dicelakakan oleh kejahatannya, aku menyeru-Mu dalam keadaan takut, berkeinginan, berharap."

 

Allah Swt senang jika para hamba mengakui dosa yang telah mereka perbuat. Pengakuan (I'tiraf) ini tidak memberi manfaat apapun bagi Tuhan, namun pengakuan ini akan memperbesar harapan seseorang kepada rahmat dan pengampunan dari Allah Swt. Pengakuan akan dosa-dosa akan mempermudah jalan untuk taubat dan tentu saja pengakuan ini hanya diutarakan di hadapan Tuhan.

Hal lain adalah mengingat nikmat-nikmat Allah Swt dan kebiasaan ini akan mendatangkan kecintaan kepada pemberi nikmat dan menumbuhkan harapan dalam hati. Dalam doa Abu Hamzah al-Tsumali, Imam Sajjad as menjelaskan nikmat-nikmat Allah Swt sambil berseru;

 

"Akulah orang kecil yang telah Kau didik, akulah orang bodoh yang telah Kau ajari, akulah orang sesat yang telah Kau berikan petunjuk, akulah orang hina yang telah Kau angkat, akulah orang yang ketakutan yang telah Kau berikan rasa aman, akulah orang yang tertimpa kelaparan yang telah Kau kenyangkan, orang yang terjerat kehausan yang (dahaganya) telah Kau puaskan, orang telanjang yang telah Kau tutupi, orang fakir yang telah Kau kayakan, orang lemah yang telah Kau kuatkan, orang hina yang telah Kau muliakan, orang sakit yang telah Kau sembuhkan…"

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 1-2
Tanya Jawab mengenai Syafaat dalam Al-Quran
Mengapa Abdul Mutthalib memberikan nama anaknya dengan nama Abdul Uzza?
Apakah makna ibdâ’? Apakah ibdâ’ itu merupakan salah satu sifat Tuhan?
Dosa-dosa Besar dan Dosa-dosa Kecil (4) Wilayah dan Ketaatan
Tafsiran Tauhid Filosofis dan Irfani dalam Surah Tauhid
Ayatullah Behjat Berbicara tentang Imam Mahdi
Meski Zaid bin Ali as-Sajjad adalah dari Ahlulbait, tetapi mengapa ia mengakui ...
Rahasia Peletakan Kata dalam Al-Qur’an
Apakah proses kesaksian Khuzaimah terkait dengan ayat terakhir surah al-Taubah itu benar ...

 
user comment