Indonesian
Friday 29th of March 2024
0
نفر 0

Puasa dan Kecerdasan Spiritual & Emosional

Kecerdasan spiritual melahirkan iman serta kepekaan yang mendalam. Fungsinya mencakup hal-hal yang bersifat supranatural dan religius. Inilah yang menegaskan wujud Tuhan, melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, serta memperhalus budi pekerti, dan dia juga yang melahirkan mata ketiga atau indra keenam bagi manusia. Perintah puasa sebagaimana yang telah Allah SWT syariatkan dalam al-
Puasa dan Kecerdasan Spiritual & Emosional

Kecerdasan spiritual melahirkan iman serta kepekaan yang mendalam. Fungsinya mencakup hal-hal yang bersifat supranatural dan religius. Inilah yang menegaskan wujud Tuhan, melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, serta memperhalus budi pekerti, dan dia juga yang melahirkan mata ketiga atau indra keenam bagi manusia.

Perintah puasa sebagaimana yang telah Allah SWT syariatkan dalam al-Quran penuh dengan hikmah untuk kehidupan umat manusia agar manusia dapat memelihara diri dari berbagai keburukan yang dapat membuat derajatnya lebih rendah dari binatang dan seluruh jenis makhluk yang ada di bumi. Allah swt menganugerahi setiap manusia nafsu dan dorongan syahwat serta memperindah hal itu dalam dirinya (QS. [3]: 14), agar menjadi pendorong utama     “memelihara diri” dan “memelihara  jenis”. Dari keduanya lahir aneka dorongan, seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, keinginan untuk memiliki, dan hasrat untuk menonjol.  Semuanya berhubungan erat dengan dorongan (fithrah) memelihara diri, sedangkan dorongan seksual berkaitan dengan upaya manusia memelihara jenisnya.

Setan seringkali juga memperindah hal-hal tersebut pada diri manusia, guna melengahkan manusia dari tugas kekhalifaan. Seks, jika diperindah setan, maka ia dijadikan tujuan.  Cara dan dengan siapapun, tidak lagi diindahkan. Kecintaan kepada anak, jika diperindah setan maka subyektivitas akan muncul. Bahkan, atas nama cinta,  orang tua membela anaknya walau salah. Harta jika dicintakan setan, maka manusia akan menghalalkan segala cara untuk memperolehnya. Dia akan menumpuk dan menumpuk serta melupakan fungsi sosial dari harta itu.

Dengan berpuasa kita menyadari hal tersebut dan ini pada gilirannya menghiasi diri kita dengan kecerdasan spiritual dan emosional.

Kecerdasan spiritual  melahirkan iman  serta kepekaan yang mendalam. Fungsinya mencakup hal-hal yang bersifat supranatural dan religius. Inilah yang menegaskan wujud Tuhan, melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, serta memperhalus budi pekerti, dan dia juga yang melahirkan  mata ketiga  atau  indra keenam bagi manusia.

Dimensi spiritual mengantar manusia percaya kepada yang gaib dan ini merupakan  tangga yang harus dilalui untuk meningkatkan diri, dari tingkat binatang yang tidak mengetahui kecuali apa yang terjangkau oleh panca indranya menuju ke tingkat kemanusiaan yang menyadari bahwa wujud ini sebenarnya jauh lebih besar dan lebih luas daripada  wilayah kecil dan terbatas yang  hanya dijangkau oleh indra atau alat-alat yang merupakan kepanjangan tangan  indra.

Dengan kecerdasan emosi manusia mampu mengendalikan nafsu bukan membunuhnya.  Emosi atau nafsu sangat kita butuhkan, sebab dia merupakan  salah satu faktor yang mendorong terlaksananya tugas kekhalifaan, yakni  membangun dunia sesuai dengan kehendak dan tuntunan Ilahi. Dengan  kecerdasan itu, manusia akan mampu  mengarahkan emosi atau nafsu ke arah positif sekaligus mengendalikannya, sehingga tidak terjerumus dalam kegiatan negatif.

Kecerdasan emosional  mendorong lahirnya ketabahan dan kesabaran menghadapi segala tantangan dan ujian.  Salah satu tuntunan Rasul Saw. yang berkaitan dengan puasa  adalah apabila salah seorang di antara kita berpuasa, maka janganlah dia mengucapkan kata-kata buruk, jangan juga berteriak memaki. Bila ada yang memakinya, maka  hendaklah ia berucap “Aku sedang berpuasa”,  yakni  aku sedang mengendalikan nafsuku sehingga tidak akan berbicara atau bertindak kecuali sesuai dengan tuntunan agama.  Dengan demikian, kecerdasan  emosional menjadikan penyandangnya berbicara dan bertindak pada saat diperlukan dan dengan kadar yang diperlukan, serta  pada waktu dan  tempat yang tepat.

Kecerdasan-kecerdasan itulah yang menjadikan jiwa manusia seimbang dan menjadikannya berfikir logis dan obyektif, bahkan memiliki kesehatan dan keseimbangan tubuh. Karena, siapa yang berfungsi dengan baik kecerdasan emosi dan spiritualnya,   maka akan selamat pula anggota badannya dari segala kejahatan dan selamat pula hatinya  dari  segala  maksud buruk. Wa Allah A’lam.


source : abna24
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Siapakah ayah Ibrahim yang sebenarnya?
Apakah sebelum Islam berkembang di Mekah, disamping ada penyembahan berhala ada juga ...
Siapakah orang yang mengantarkan makanan kepada Nabi Muhammad Saw selama beliau berada di ...
Apa alasan Nabi Khidir membunuh seorang anak kecil?
Apa bedanya antara tahwil, tabdil dan nasakh?
Kapan dan pada masa siapa Bunda Maryam dan Bunda Asiyah Sa wafat? Dimanakan keduanya ...
Al-Qur’an ditinjau dari tiga aspek merupakan mukjizat, 1. Lafaz; 2. Kandungan; 3. ...
Siapakah nama ibu kandung Nabi Ibrahim As?
Apa makna kuniyah itu? Dan apa maksud Abu al-Qasim yang dijadikan sebagai kuniyah ...
Tolong jelaskan tentang biografi dan kepribadian Uwais al-Qarni? Apakah benar peristiwa ...

 
user comment