Indonesian
Friday 29th of March 2024
0
نفر 0

Nilai Wanita dalam Islam

Munculnya berbagai masalah terkait wanita di berbagai kalangan sosial menunjukkan adanya bentuk kesalahpahaman, ketimpangan, kepicikan dan penyimpan
Nilai Wanita dalam Islam

Munculnya berbagai masalah terkait wanita di berbagai kalangan sosial menunjukkan adanya bentuk kesalahpahaman, ketimpangan, kepicikan dan penyimpangan dalam memahami berbagai masalah kemanusiaan. Meskipun telah dilakukan segala langkah di bidang budaya mengenai masalah wanita dan begitu juga pria, duni kekinian masih tetap belum mampu mencapai jalan yang benar dan cemerlang. Oleha karenanya sikap fanatik, salah paham, pelecehan, kezaliman dan gangguan kejiwaan serta berbagai masalah terkait hubungan antara pria dan wanita merupakan problema yang masih terus melilit umat manusia.

Selama bertahun-tahun hak-hak asasi wanita dalam budaya Eropa dan Amerika tidak dipedulikan dan pada saat yang sama hubungan seksual secara liar atas nama penghargaan terhadap wanita begitu ditekankan. Prinsip-prinsip dan nilai-nilai kekaisaran Romawi dijadikan dasar dan tolok ukur budaya dan peradaban kekinian Barat dan kita mengecamnya karena sangat merendahkan martabat wanita. Barat memberikan posisi kepada wanita dan menghormatinya guna dapat memenuhi salah satu sifat manusia paling rendah dan naluri materliastiknya. Ini merupakan penghinaan dan pelecehan terbesar terhadap wanita.

Problem mendasar keluarga di dunia kini bersumber pada cara pandang yang salah tentang masalah wanita, hubungan wanita dan pria dan kualitas keduanya. Solusinya adalah ajaran wahyu yang mengandung berbagai masalah penting mengenai pria dan wanita. Al-Quran al-Karim tidak hanya menasihati saja, tetapi untuk memperkenalkan wanita diberikan sejumlah contoh-contoh teladan, pendidikan spiritual dan ketinggian wanita. Semua itu dilakukan dengan mengetengahkan wanita-wanita teladan sepanjang sejarah umat manusia.

Rasulullah saw mencium tangan Fathimah az-Zahra dengan keyakinan bahwa ia sebagai wanita teladan dan manusia sempurna. Apa yang dilakukan beliau jangan hanya dianggap sebagai bentuk hubungan emosional sang ayah terhadap anak. Islam memandang wanita dari sisi kesempurnaan spiritual dan kemanusiaannya. Studi terhadap wanita bila dikaitkan dengan masalah budaya, sosial dan pendidikan wanita harus dilihat dengan cara pandang yang dianjurkan Islam ini.

Nilai-nilai Islam harus dihidupkan dalam masyarkat kita. Sebagai contoh adalah masalah hijab. Hijab merupakan nilai. Sekalipun masalah hijab merupakan pendahuluan untuk mengantarkan wanita untuk meraih tujuan-tujuan yang lebih tinggi, namun hijab sendiri merupakan nilai. Kita yang begitu konsekwen dalam menjaga hijab punya tujuan penting. Karena menjaga hijab akan membantu seorang wanita mencapai derajat spiritual yang tinggi dan tidak akan tergelincir oleh berbagai kendala yang melintang menghadang jalannya.

Konsekewensi para wanita untuk tetap mengenakan hijab, sekali lagi, akan membantu mereka untuk mencapai derajat sipiritual yang tinggi dan mencegah mereka dari jurang kehancuran yang menghadang jalan mereka. Wacana pakaian wanita tidak boleh terpengaruh oleh berbagai propaganda Barat. Tentunya hijab tidak hanya terbatas pada cadur (hijab wanita Iran) saja. Namun, cadur merupakan jenis hijab terbaik dan ciri nasional bangsa Iran dan tidak menghalangi gerak dan aktifitas wanita muslim baik di bidang politik, sosial dan budaya.

Wanita Iran dengan melihat martabat dan nilai-nilai spiritual hendaknya menggunakan segala potensi besarnya di semua bidang ilmu. Mereka harus berusaha sungguh-sungguh dan giat agar dapat mencapai derajat yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan. Merendahkan martabat wanita dan menyepelekannya merupakan salah satu bencana yang membuat wanita terjauhkan dari ilmu pengetahuan dan sains.

Keluarga adalah sebuah institusi alami dan sangat mendasar bagi manusia. Keluarga harus menjadi dasar berbagai desain yang punya hubungan dengan wanita. Lingkungan keluarga merupakan tempat tumbuh kembangnya kasih sayang dan emosi. Wanita dengan segala keahlian ilmunya harus memainkan peran penting sebagai poros utama keluarga dan nyonya rumah.

Petikan dari pidato Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Ali Khamenei dalam pertemuan dengan anggota Dewan Kebudayaan dan Sosial Wanita dan Pengurus Kongres Pertama Hijab Islam. 25/12/1991


source : alhassanain
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Bagaimana mukjizat itu dapat didefinisikan dan dibuktikan?
Salafi Wahabi Adalah Benalu Bagi Jama’ah Kaum Muslimin
Kisah Sayyidina Ali ra dan 3 Orang Yahudi Tentang Ashabul Kahfi
Kisah Ashabul Kahfi dan sains
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 7-10
Puasa Ramadhan dalam tradisi Islam Syiah (bag satu)
Ciri-Ciri Dikuasai Hawa Nafsu
Larangan Allah Mendekati Perbuatan Keji
Dalil Naqli Dan Aqli Adanya Penyerangan Rumah Fatimah sa
Kumpulan Fatwa Rahbar Seputar Taqlid

 
user comment