Indonesian
Friday 29th of March 2024
0
نفر 0

Fanatisme

Fanatisme

Tidak jarang orang mencela sikap fanatisme atau siapa yang fanatik. Celaan itu bisa pada tempatnya dan bisa juga tidak, karena fanatisme dalam pengertian bahasa sebagaimana dikemukakan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: "Keyakinan/ kepercayaan yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama dan sebagainya)".

Sifat ini bila menghiasi diri seseorang dalam agama dan keyakinannya dapat dibenarkan bahkan terpuji, tetapi ia menjadi tercela jika sikapnya itu mengundangnya melecehkan orang lain dan merebut hak mereka menganut ajaran, kepercayaan atau pendapat yang dipilihnya.

Umat Islam, walaupun dituntut untuk meyakini ajaran Islam, konsisten dan berpegang teguh dengannya, dengan kata lain harus fanatik terhadap ajaran agamanya, namun dalam saat yang sama Islam memerintahkan untuk menyatakan "Lakum dînukum Wa Liya Dîny"/ Buat kamu agamamu dan buat aku agamaku. (Q.S. Al-Kâfirûn [109]: 6).

Bahkan, Rasul saw. diperintahkan oleh Al-Qur'an untuk menyampaikan kepada siapapun yang berbeda kepercayaan bahwa: "...Sesungguhnya kami atau kamu pasti berada di atas kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanyai menyangkut dosa yang telah kami perbuat dan kami pun tidak akan ditanyai tentang apa yang kamu perbuat." (Q.S. Saba' [34]: 24-25)

Tidak dapat disangkal bahwa setiap penganut agama -termasuk agama Islam- harus meyakini sepenuhnya serta percaya sekukuh mungkin kebenaran anutannya serta kesalahan anutan yang bertentangan dengannya. Namun demikian, hal tersebut tidak menghalangi seorang muslin -dalam konteks interaksi sosial- untuk menyampaikan ketidakemutlakan kebenaran ajaran yang dianutnya dan menyampaikan juga kemungkinan kebenaran pandangan mitra bicaranya.

Perhatikan redaksi ayat di atas yang menyatakan: "Sesungguhnya kami atau kamu pasti berada di atas kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata". Yakni kepercayaan/ pandangan kita memang berbeda bahkan bertolak belakang, sehingga pasti salah satu diantara kita ada yang benar dan ada pula yang salah. Mungkin kami, yang benar, mungkin juga Anda, dan mungkin kami yang salah dan mungkin juga Anda.

Fanatisme yang terlarang adalah yang diistilahkan oleh Al-Qur'an Hamîyat Al-Jâhiliyah (Q.S. Al-Fath [48]: 26), yakni semangat menggebu-gebu sehingga kehilangan kontrol dan bersikap picik dan angkuh mempertahankan nilai-nilai yang bertentangan dengan kebenaran dan keadilan.

Fanatisme yang terlarang adalah yang diistilahkan oleh Nabi saw. dengan ‘Ashabîyah atau Ta'ashshub.Kata ini terambil dari akar kata yang berarti melilit/ mengikat. Dari sini maknanya berkembang sehingga berarti keluarga/kelompok di mana anggotanya terikat satu dengan yang lain. Keterikatan yang menjadikan mereka sepakat dan seia sekata, kendati kesepakatan itu dalam kebatilan. Masing-masing tampil dengan kukuh membela anggotanya kendati mereka salah.

Inilah yang diingatkan Nabi saw. ketika bersabda: "Bukan dari kelompok kita (ummat Islam) siapa yang mengajak kepada sikap Ashabiyah". Memang dalam masyarakat yang sakit, sikap demikian merupakan fenomena umum. Sedemikian umum sehingga lahir ungkapan "Right or wrong it's my country". Ini serupa dengan ungkapan pada masa Jahilah dahulu "Belalah saudaramu baik dia menganiaya maupun teraniaya".

Pernah suatu ketika, Nabi Muhammad saw. mengucapkan ungkapan itu dalam konteks memberinya makna yang benar. Sahabat-sahabat beliau yang telah memahami ajaran Islam dengan baik berkomentar: "Yang teraniaya memang wajar dibela, tetapi apakah yang menganiaya juga harus dibela?" Nabi saw. menjawab: "Ya, membelanya adalah dengan menghalanginya melakukan penganiayaan."

Benar atau salah adalah negeri kita, partai kita, keluarga kita, tetapi jika dia salah kita tidak boleh membiarkan kesalahannya berlarut apalagi merestuinya. Kita berkewajiban meluruskan kesalahan itu dan memperbaikinya, kalau tidak mau dinilai agama sebagai seorang yang fanatik buta. Demikian Wa Allah A'lam.

 


source : www.abna.ir
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Kisah Ashabul Kahfi dan sains
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 7-10
Puasa Ramadhan dalam tradisi Islam Syiah (bag satu)
Ciri-Ciri Dikuasai Hawa Nafsu
Larangan Allah Mendekati Perbuatan Keji
Dalil Naqli Dan Aqli Adanya Penyerangan Rumah Fatimah sa
Kumpulan Fatwa Rahbar Seputar Taqlid
Di manakah letaknya gua Ashabul Kahfi?
Pengorbanan nan Indah di Mata Al-Aqilah
Amalan Hari Raya Idul Ghadir

 
user comment