Indonesian
Friday 29th of March 2024
0
نفر 0

Asyura: Epik Cinta, Pengabdian dan Kesetiaan (I)

Asyura: Epik Cinta, Pengabdian dan Kesetiaan (I)

 

Gerakan Karbala sejak peristiwa historis besar ini terjadi lebih dari seribu tahun lalu hingga kini senantiasa menjadi sumber mata air yang jernih bagi orang-orang dahaga akan kebenaran.Tidak diragukan lagi spirit agung, motif dan tujuan mulia Asyura membawa khazanah kebudayaan yang kaya sekaligus menjadi inspirasi bagi gerakan besar dunia.

 

 

Tujuh hari berlalu setelah Imam Husein dan pengikutnya memasuki tanah Karbala. Tanggal sembilan Muharram tahun 61 Hijriah, blokade yang dilakukan pasukan musuh terhadap Imam Husein dan mengikutnya semakin ketat. Orang-orang Kufah menutup akses terhadap air bagi Imam Husein dan rombongannya di padang Karbala. Padahal di antara rombongan Imam Husein terdapat anak-anak dan balita.

 

Tekanan ancaman pasukan Umar bin Sa'ad semakin besar terhadap Imam Husein dan pengikutnya.Oleh karena itu, Imam Husein memerintahkan seluruh pengikutnya yang dikepung untuk siaga dengan keterbatasan perlengkapan perang seadanya yang mereka miliki. Abbas Bin Ali, saudara Imam Husein termasuk di antara pengikut Imam Husein yang paling kuat. Beliau senantiasa mendampingi Imam Husein. Beliau berada beberapa langkah di depan Imam Husein demi melindungi pemimpinnya itu dari ancaman serangan musuh.

 

Pasukan Imam Husein bersiaga menghadapi serangan musuh. Di antara mereka terdapat para remaja. Para pengikut Imam Husein di padang Karbala adalah orang-orang yang berhati suci dan pencinta kebenaran. Diri mereka dipenuhi kecintaan yang sangat besar terhadap Imam Husein, yang datang ke Karbala untuk menegakkan agama Nabi Muhammad Saw yang mengalami penyimpangan oleh penguasa lalim Yazid bin Muawiyah. Ketika itu suasana yang terlihat begitu kental dari para pengikut Imam Husein adalah persatuan dan solidaritas yang kokoh. Sebab, mereka diikat oleh Iman dan cinta ilahi. Karbala adalah manifestasi dari persatuan; persatuan dalam tujuan, persatuan dalam ucapan dan perilaku, serta persatuan dalam kepemimpinan yang menjadikan para pengikut Imam Husein senantiasa siap berkorban dan mengabdi demi kebenaran mekipun harus mati syahid.

 

Sore hari tanggal 9 Muharram, Umar bin Saad dengan membawa 4.000 orang pasukan pemanah dan penombak bergerak ke arah perkemahan Imam Husein. Pasukan berkuda semakin mendekat. Imam Husein memanggil Abbas, "Saudaraku tunggangilah kuda, dan majulah mengikuti pikiran dan nuranimu !". Lalu, Abbas menunggangi kuda dan bersama 18 orang pengikutnya mendekati pasukan musuh. Abbas menuju ke arah Umar bin Saad, setelah dekat ia berkata, "Apa yang terjadi dengan kalian, apa tujuan kalian berbuat seperti ini ?".

 

Umar Bin Saad menjawab pertanyaan Abbas bahwa dirinya diutus oleh penguasa Kufah, Abdullah bin Ziyad untuk mengambil baiat dari Imam Husein. Umar bin saad berkata, "Patuh atas perintah ini atau berperang!". Abbas kembali menuju Imam Husein, dan menyampaikan apa yang ditelah dikemukakan oleh Umar Bin Saad. Imam Husein berkata, "Kembalilah, dan katakan kepada mereka beri waktu hingga besok. Biarkan malam ini aku bersama Tuhanku, shalat dan membaca al-Quran, sebab al-Quran, doa dan istighfar adalah yang terbaik bagi kehidupan kita".

 

Di sela-sela ini, Habib bin Mazahir, salah seorang sahabat setia Imam Husein mengambil kesempatan ini untuk menasehati Umar bin Saad dan pasukan musuh. Habib bin Mazahir mengenalkan siapa sebenarnya Imam Husein yang memiliki kedudukan tinggi sebagai Ahlul Bait Rasulullah Saw, dan penghulu Ahli Surga sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. Nasehat ini disampaikan Habib bin Mazahir untuk menyadarkan Umar bin Saad dan pasukannya, sehingga di antara mereka ada yang tergerak hatinya untuk sadar dan berbalik menerima kebenaran yang dibawa Imam Husein. Tapi tidak ada seorangpun yang menyambut seruannya.

 

Imam Husein menyampaikan faktor penyebab mengapa Umar bin saad dan pasukannya tidak mau menerima kebenaran. Dalam sebuah khutbahnya, yang disampaikan di hadapan musuh, Imam Husein berkata, "Perut dan kantung-kantung saku kalian telah dipenuhi dengan suap dan barang-barang haram. Oleh karena itu, hati nurani dan telinga kalian telah tertutup, dan tidak ada seorangpun yang bisa menyadarkan diri kalian".

 

Tanggal 9 Muharam, malam hari tiba. Imam Husein dan orang-orang yang bersamanya tengah sibuk beribadah shalat, berdoa dan bermunajat. Di sisi lain, pasukan musuh bersiap-siap untuk melakukan kejahatan anti kemanusiaan terburuk yang dicatat dalam sejarah. Mereka tertawa dengan pikiran yang dipenuhi segala macam khayalan tentang upah yang akan diterima ketika menyerang Imam Husein dan pasukannya dari Yazid dan penguasa Kufah waktu itu.

 

Apakah mereka tidak tahu siapa Husein? Apakah empat ribu orang pasukan itu tidak temasuk orang yang pernah menulis surat kepada Imam Husein? Bukankah sebagian dari mereka pernah bertemu dengan Nabi Muhammad Saw, dan mendengar langsung dari Rasulullah yang bersabda, 'Husein adalah penghulu surga' ? Tapi, harta, tahta dan kebodohan telah menjadikan mereka buta dan tuli untuk menerima kebenaran.

 

Malam itu, dari kemah Imam Husein dan pengikutnya yang terdengar hanya suara munajat dan doa. Mereka tahu, malam itu adalah malam terakhir. Di antara pasukan Imam Husein ada Abbas bin Ali yang meninggalkan kemah karena bertugas menjaga kemah dari serangan musuh. Sesekali Abbas datang ke kemah untuk menenangkan anak-anak yang terbangun karena kehausan.

 

Pada malam hari Tasua, Imam Husain mengumpulkan pengikut setia dan keluarganya. Imam Husein menyampaikan pidato di hadapan mereka, "Bismillahi rahmani rahim. Ya Allah, hanya Engkau-lah yang paling layak disembah. Aku bersyukur atas segala karunia-Nya, baik suka maupun duka. Aku bersyukur karena Engkau telah mengutus Rasul-Mu, mengajarkan al-Quran yang memperkaya kesadaran dan pemahamanku, sehingga mata dan hati dan telinga dirahmati-Mu,"

 

Imam Husein menatap satu persatu para pengikut dan keluarganya, lalu beliau berkata "Aku tidak mengenal keluarga dan penolong yang lebih baik daripada kalian, dan karena besok adalah hari perang, maka aku tidak dapat menjamin kalian, aku menarik baiat dari kalian, oleh karenanya aku mengizinkan jikalau kalian akan memilih jalanmu di kegelapan malam dan pergilah,". Tapi mendengar perkataan Imam Husein ini, sahabat dan keluarganya secara bergantian satu per satu berdiri menyatakan kesetiaannya kepada beliau.

 

Mereka menegaskan komitmennya kepada baiat yang telah diberikan kepada pemimpinnya itu. Orang pertama yang melakukan hal itu adalah Abbas bin Ali. Putra Ali bin Abi Thalib ini berkata, "Pemimpinku, demi Allah, bagaimana mungkin kami hidup, jika engkau tiada. Celakalah aku jika berpikir demikian. Tidak, kita akan selalu bersama.Tanpamu malam yang indah menjadi getir". Perkataan Abbas membangkitkan spirit pengorbanan di tengah pengikut Imam Husein lainnya.

 

Kemudian para pemuda Ahlulbait menyatakan dukungannya dan akan selalu menyertai Imam Husain. Ketika itu, Imam Husain menoleh ke arah putra-putra Aqil dan berucap, "Wahai putra-putra Aqil! Cukuplah pengorbanan kalian dengan kematian Muslim, karena itu pergilah kalian, Aku mengizinkan kalian untuk pergi." Namun mereka menjawab,"Demi Tuhan! Aku tidak akan melakukan hal itu. Jiwa, harta dan keluarga kami menjadi tebusan bagimu, dan kami akan berperang bersamamu."

 

Para sahabat Imam Husein berkata, "Puji Tuhan, kami dikaruniai anugerah untuk menolongmu dan syahadah menjadi kemuliaan kami bersamamu. Wahai putra Rasulullah Saw! Apakah Anda tidak rela jika kami juga bersama denganmu berada dalam satu derajat di surga?". Imam Sajjad meriwayatkan bahwa setelah orasi dan mendengarkan jawaban penuh semangat tersebut, Imam Husain pun mendoakan mereka. Pengorbanan pengikut Imam Husein dan keluarganya di Karbala lahir dari kecintaan ilahi. Kesyahidan Imam Husein dan pengikutnya di Karbala menjadi sejarah yang abadi hingga kini, karena ditulis dengan cinta, pengabdian dan kesetiaan.(IRIB Indonesia/PH)

 


source : indonesian.irib.ir
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Filsafat dari Nama Rasulullah Saw
Apakah Khalifah Kedua adalah menantu Imam Ali As?
Bitsah, Kehidupan Baru Umat Manusia
Sejarah Syiah: Sejak Zaman Rasulullah SAW sampai Abad 14 H
Ini dia Alasan Mengapa Ali membaiat Para Khalifah?
kisah pernikahan Imam Ali as dan Sayidah Fatimah sa (bagian 1)
Ihwal Dialog Fathimah as dengan Malaikat
Apa alasan Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah ?
Makna Lain dari Kata Al-Ishlah Dalam Al-Qur’an
Keutamaan Sayidah Zainab

 
user comment