Indonesian
Tuesday 16th of April 2024
0
نفر 0

Persatuan, Kebutuhan Dunia Islam Masa Kini

 

Islam sebagai agama persaudaraan dan perdamaian tidak pernah mengakui prinsip kekerasan, apalagi terorisme. Nabi Muhammad Saw sejak jauh hari sudah menyerukan persaudaraan umat Islam tanpa membedakan etnis maupun warna kulit. Nabi terakhir ini diutus Allah swt untuk memperbaiki akhlak umatnya dan menebarkan rahmah serta kebaikan bagi seluruh alam. Nabi Muhammad Saw sendiri merupakan suri tauladan terbaik bagi umat manusia, terutama dari keluhuran dan kesempurnaan akhlaknya.

 

Mengambil momentum kelahiran manusia agung ini, di Iran maulid Nabi Muhammad Saw diperingati sebagai "Pekan persatuan" yang dimulai dari 12 Rabiul Awal hingga 17 Rabiul Awal. Muslim Sunni memperingati maulid Nabi tanggal 12 Rabiul Awal, sedangkan Muslim Syiah memperingatinya tanggal 17 Rabiul Awal. Perbedaan itu bukan menjadi faktor pemecah belah, tapi sebaliknya justru menjadi pemersatu.

 

Demi merekatkan persatuan umat Islam di Tehran baru-baru ini digelar Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-27 yang diselenggarakan tanggal 17-19 Januari 2014. Konferensi ini mengusung tema"Al-Quran dan Perannya dalam Memperkuat solidaritas di antara Umat Islam serta isu Palestina." Hadir dalam pertemuan tersebut sejumlah ulama dan cendekiawan Muslim dari berbagai negara dunia seperti, Indonesia, Malaysia, Mesir, Irak, Lebanon, Arab Saudi, Thailand, Suriah, Aljazair, Inggris, Amerika Serikat, Australia, Uganda, Tunisia, Belanda, Qatar, Yaman,RusiadanYunani.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei memandang masalah terpenting dunia Islam saat ini adalah persatuan.Pernyataan tersebut ditegaskan Rahbar dalam pidatonya memperingati pekan persatuan, yang mengambil momentum maulidNabi MuhammadSaw dan kelahiran Imam Shadiq. Di hadapanpara pejabat, tamu asing peserta Konferensi Persatuan Internasional ke 27, para duta besar negara-negara Islam serta berbagai lapisan masyarakat,Ayatullah Khameneihari Ahad (19/1) menjelaskan urgensitas persatuan di dunia Islam. Beliau menekankan, "Memerangi setiap anasir anti persatuan merupakan kewajiban besar bagi Muslim baik Syiah maupun Sunni."

 

Munculnya gerakan ekstrim yang mengatasnamakan Islam serta kelompok teroris di tingkat global merupakan hasil dari strategi adu dombaantarmazhab yang dipelopori oleh ideologi takfiri. Selain itu,tidak boleh dilupakan dukungan kekuatan hegemonik global dan rezim diktator yang berkedok Islam terhadap kelompok takfiri.

 

Ayatullah Khamenei dalam pidatonya menyebut kebangkitan Islam yang terjadi di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah sebagai fenomena getir bagi musuh. Untuk itu, kekuatan hegemonik menyulut friksi antarmazhab Islam demi mencegah kebangkitan Islam bangsa-bangsa Muslim di kawasan. Di abad 21, strategi adu domba musuh terhadap umat Islam tampil lebih lunak, khususnya ketika menghadapi gerakan Kebangkitan Islam. Menurut Rahbar, pembagian Sudan dan berbagai transformasi yang terjadi di Libya serta Mesir merupakan kepanjangan dari strategi penghancuran persatuan di Dunia Islam.

 

Kaum imperialis membidik persatuan Islam dengan memanfaatkan berbagai ideologi menyimpang seperti takfiri dengan tujuan merusak setiap upaya untuk merealisasikan terwujudnya persatuan umat Islam. Salah satu bentuk nyata dari upaya ini adalah gerakan untuk menghancurkan identitas bangsa Islam, seperti yang telah diterapkan kepada bangsa Palestina. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menjelaskan, "Imperialis global selama 65 tahun berusaha keras menghapus nama Palestina, namun mereka gagal karena di saat-saat yang sensitif seperti perang 33 hari di Lebanon, 22 hari dan 8 hari di Jalur Gaza, umat Islam menunjukkan bahwa mereka masih hidup. Meski Amerika Serikat mengalokasikan dana besar-besaran dalam kasus ini, namun umat Islam berhasil menampar muka rezim ilegal Israel."

 

Menurut Ayatullah Khamenei, salah satu petaka dunia modern adalah munculnya orang-orang yang secara terang-terangan mendukung kejahatan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Penindasan bangsa Palestina oleh rezim Zionis akan terus berlanjut dengan dukunganAmerika Serikat dan Barat. Lembaga-lembaga internasional hingga kinibelum mampu berbuat banyak. Untuk itu, dunia Islam,memikul tugas penting terhadap masalah Palestina. Rahbar menandaskan,"Kami percaya bahwa dunia Islam tidak akan mengabaikan isu Palestina dan mengecam rezim penjajah dan para pendukung mereka."

 

Ayatullah Khamenei dalam pidato lainnya menegaskan urgensi dukungan umat islam terhadap perjuangan bangsa Palestina, dan menyebut perlawanan terhadap Israel sebagai prinsip Iran dan umat Islam dunia. "Agenda Palestina bagi Republik Islam bukan sebuah taktik, tapi sebuah prinsip yang berpijak dari keyakinan Islam. Kita berkewajiban untuk mengeluarkan wilayah ini dari cengkeraman rezim agresor [Israel] dan negara pendukungnya di dunia, kemudian menyerahkannnya kepada bangsa Palestina; Inilah kewajiban agama; kewajiban seluruh Muslim; kewajiban seluruh pemerintah Islam; sekali lagi inilah kewajiban Islam."(Pidato Ayatullah Khamenei, 25/5/1391 Hs).

Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyoroti potensi besar dunia Islam dari berbagai sisi seperti ekonomi, politik, etnis, bahasa, geografi dan mazhab yang menjadi titik persamaan dunia Islam yang menekankan persatuan. Unsur ini menjadi faktor penting pembentuk kekuatan lunak umat Islam yang mampu mempersatukan Dunia Islam dalam menghadapi konspirasi dan ancaman musuh. Namun potensi ini masih belum mampu dicerna dan digali oleh umat Islam sendiri.

 

Faktor yang membuat umat Islam belum mampu menggali kapasitas tersebut harus dicermati dari pergerakan musuh yang senantiasa berusaha menghancurkan persatuan di antara umat Muslim. Musuh tidak pernah diam menyaksikan persatuan di antara Muslim. Namun yang lebih penting dalam kasus ini adalah kelalaian para cendikiawan akan urgensitas persatuan Islam. Hasil dari dua gerakan merusak ini adalah hancurnya stabilitas dan keamanan negara-negara Islam.

 

Ironisnya sejumlah pemerintah di dunia Islam malah mempersiapkan perpecahan mazhab, konflik sosial di tengah masyarakat Islam dengan mendukung ideologi takfiri ketimbang memupuk persatuan. Oleh karena itu, Rahbar menyebut tugas menciptakan persatuan berada di pundak para cendikiawan, ulama dan elit politik. Beliau menjelaskan, elit politik harus menyadari bahwa kemuliaan dan kehormatan mereka sangat bergantung rakyat dan bukannya pada pihak asing.

 

Kini dunia Islam tengah menghadapi ancaman terbesar dalam bentuk adu domba yang dilancarkan para musuh. Dalam kondisi demikian, para ulama dan cendekiawan di setiap negara memiliki peran penting dalam membimbing masyarakat, terutama menghadapi maraknya para pengadu domba yang tidak menghendaki terwujudnya persatuan.

 

Jalan untuk menyelamatkan umat Islam dari kondisi yang sulit saat ini adalah mengikuti jejak Rasulullah Saw dan al-Quran. Ayatullah Khamenei mengingatkan peran umat Islam saat ini, "Kini kita semua sebagai Muslim berkewajiban untuk mewujudkan kebebasan sesuai pandangan Islam, membebaskan bangsa-bangsa Muslim, terbentuknya pemerintahan merakyat dan demokratis di seluruh dunia Islam, partisipasi seluruh lapisan masyarakat dalam pengambilan keputusan mengenai nasib mereka dan bergerak menuju penerapan syariah Islam, Inilah yang akan membebaskan bangsa-bangsa [Muslim],". (IRIB Indonesia/PH)

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Keagungan Misi Imam Husein as di Karbala
Belajar Matematika Keadilan Bersama Imam Ali bin Abi Thalib as
Ahlussunnah wal Jama’ah dalam Pandangan Syi’ah
Kisah di Balik Lukisan Terkenal Asyura
Apa arti “Fatimah” itu? Dan mengapa Rasulullah Saw memilih nama ini untuk putri ...
Analisa Mengapa Makmun Membunuh Imam Ridha
Apa Penyebab Wafat Rasulullah saw?
Mengapa Shalat Harus dengan Bahasa Arab?
Membaca Salafi, Wahabi dan Khawarij
Nikmat Tak Terhingga. bag 2

 
user comment