Indonesian
Saturday 20th of April 2024
0
نفر 0

Kurang Dikenal, Muhammad Manusia besar

Salah satu prinsip dasar ajaran Islam adalah beriman kepada segenap Nabi yang diutus Allah bagi umat manusia, keimanan terhadap para Nabi sebelum datangnya Nabi Suci Muhammad saaw. Sebelum kedatangan beliau diberbagai penjuru bumi telah dibangkitkan para Nabi.

Kedatangan Nabi Muhammad saaw membawa perubahan besar, hal ini demi terciptanya tatanan baru untuk mempersatukan seluruh umat manusia. Sungguh sayang karena keimanan kepada segenap Nabi yang diutus Allah bagi umat manusia yang menjadi dasar keimanan Islam tersebut tidak dipelajari oleh kebanyakan kaum Muslimin terutama dalam hal perbandingan tingkat derajat di antara mereka, sebab dipandangan mereka perbandingan itu, bisa menimbulkan kebencian. Kenyataannya, mereka merasa dilarang oleh Nabi sendiri untuk melakukan sesuatu yang tak ada gunanya agar masalah tersebut tidak sampai menimbulkan perdebatan yang memanas, mungkin saja hal itu bisa merendahkan derajat seseorang Nabi. Tapi Qur’an Suci menyatakan dengan kata-kata yang jelas bahwa di antara para Nabi itu terdapat berbagai tingkat derajat kemuliaan. Firman-Nya:

 “Kami membuat sebagian Utusan itu melebihi sebagian yang lain” (2:253).

Sudah tentu para Nabi itu semuanya manusia sempurna yang dibangkitkan untuk memperbaiki umat manusia, tapi tak diragukan bahwa mereka memiliki keutamaan yang berbeda satu sama lain tergantung pada sifat pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka dan tergantung pula pada keadaan suatu kaum tempat mereka diutus. Dalam hal inilah, kami mengangkat permasalahan yang sering dikemukakan oleh kaum Kristen yang suka membanding-bandingkan antara kebesaran Nabi Muhammad dengan Kristus, ini merupakan kewajiban yang penting untuk dikemukakan meskipun terasa berat, karena banyak kesimpulan Kitab Suci Islam yang kerap disalahgambarkan dan disalahartikan oleh mereka.

 

Kesalahan para penulis Kristen pada umumnya sudah diakui bahwa mereka selalu menekankan kata-kata kepercayaan, bukan menekankan sesuatu untuk diamalkan dengan arti yang hakiki, mereka selalu menonjolkan bentuk lahiriahnya saja dan bukan hakikatnya. Bagi mereka, yang dibesar-besarkan hanyalah puji-pujian yang semakin menggunung pada diri seseorang, dan paling banter hanya cerita yang serba ajaib dan aneh-aneh saja dan bukan kewajiban yang harus diamalkan olehnya. Karena inilah, jika dipersoalkan, mereka selalu menyangkal, karena Yesus sendirilah yang mengatakan seperti itu, sedangkan Muhammad saaw. Tidak demikian, atau mereka berdalih karena pendiri agama Kristen itu banyak sekali melakukan mu’jizat-mu’jizat sedangkan pendiri Islam tidak. Di lain pihak, Qur’an Suci selalu mengemukakan sikap yang berbeda terhadap permasalahan ini, yaitu menekankan tentang “amal perbuatan” yang menjadi tema utamanya, bukan pada kata-kata kepercayaan atau keajaiban-keajaiban. Qur’an membicarakan keagungan Nabi Suci bukan dalam pujian kosong, tidak seperti yang dibicarakan oleh Yesus seperti dikemukakan dalam versi Injil, tapi melukiskan perhatian yang teramat besar terhadap perubahan, yakni perubahan ke arah hidup yang lebih baik lagi dan lebih tinggi lagi di dunia ini. Qur’an tidak selalu membicarakan mu’jizat-mu’jizat beliau meskipun kenyataannya mu’jizat beliau itu jauh lebih besar, namun hal itu hanya dicantumkan dalam berbagai himpunan Hadits saja, yang faktanya, bahwa mu’jizat semacam itu bukan perkara utama tapi perkara sekunder jika dibandingkan dengan mu’jizat-mu’jizat yang lebih besar lainnya. Apa mu’jizat utama itu? Jelas, mu’jizat yang besar itu adalah penanaman nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, yakni mu’jizat yang bisa mengangkat derajat manusia dari keadaan hina-dina dan bobrok, lalu mereka diangkat ke tingkat derajat kemuliaan yang tinggi sejauh apa yang bisa mereka capai. Untuk itulah mengapa Qur’an Suci selalu membicarakan berulang-ulang tentang perubahan yang menakjubkan, suatu transformasi yang unik dan tiada duanya dalam sejarah dunia hingga penulis artikel Koran (Qur’an) di dalam Encyclopaedia Britannica (edisi ketujuh) menyebutnya sebagai “Nabi yang tersukses di antara segenap Nabi dan agama yang ada”, suatu pengakuan yang jelas berbobot sebab dikeluarkan oleh kelompok non islam.

 

Kenyataan di Negeri Indonesia, berapa besar keberadaan Muhammad sang nabi dalam jantung kehidupan masyarakat muslimnya, masyarakat yang sebagian adalah orang-orang muslim ternyata banyak dari mereka bisa disebut hanya mengenali manusia besar sepanjang sejarah bahwa dia adalah seorang Nabi akhir jaman, berumur 63 tahunan. Sangat jarang dari masyarakat kita yang peduli dengan isi kehidupan Nabi, banyak yang tidak tahu namun mereka hanya diam, merasa tidak perlu tahu, merasa bahwa penelitian dan peninjauan ulang sejarah kehidupan Nabi Muhammad saaw hanya berlaku sia-sia. Penilaian semacam ini tentu tidak terbentuk dengan sendirinya. Keberadaan para guru agama islam yang mengajar disekolah-sekolah Negeri jelas memiliki andil besar, ketika para guru agama tidak memiliki daya tarik yang bisa membuat anak didik tertarik atas pelajaran yang ia ajarkan dampaknya sangat besar, bukan hanya anak didik tidak menyukai pelajaran agama Islam tapi juga lebih parah lagi mereka akan jadi manusia-manusia yang meremehkan agama Islam secara tidak langsung, “Kok tidak ikut kelas?” “Ah, Males, gurunya bikin ngantuk, bosenin banget” kurang lebih seperti inilah ekspresi para anak didik jika guru agama islam disekolah-sekolah terlebih sekolah Negeri tidak mau memutar otak dan benar-benar berusaha menyampaikan islam dengan sungguh-sungguh.

 

Ada tanggungjawab besar dipundak para guru agama Islam jauh lebih besar dimata anak didik sebab dia sedang membawa nama Islam untuk kemudian menjadi bekal gambaran islam bagi anak didik hingga kelak mereka menjadi manusia mandiri yang sudah tumbuh dewasa. Ketika dimasa-masa keemasan anak didik guru agama Islam tidak bersungguh-sungguh menanamkan bahwa sesungguhnya ajaran Islam itu sangat berkualitas, dan bahwa Nabi Muhammad benar-benar manusia besar maka agama Islam akan hancur dimata anak didik, akhirnya anak didik akan illfeel dengan pelajaran agama Islam dan ini berarti mereka illfeel dengan Islam itu sendiri.

 

Ketika para guru bersungguh-sungguh maka figur Islam terutama Nabi Muhammad saaw benar-benar akan dijadikan sebagai tauladan, dijadikan sebagai public figur dalam kehidupan anak didik, sungguh akan berdampak besar bagi kelanjutan perkembangan fisik maupun rohani anak-anak didik dikemudian nantinya. Selamat memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saaw[]

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Berapa usia orang-orang yang menghuni surga dan neraka?
Fikih Salat Lima Mazhab
EMPATI : JALAN MEMUHAMMADKAN DIRI
Anak-anak Adam dengan siapa mereka menikah?
Tempat Kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Menyingkap Keperibadian hazrat Zainab (A.S)
Akhlak dan Ilmu Akhlak
AlQuran Bukan Produk Budaya
Mengenal Peristiwa Mubahalah
3 Tips Al-Qur’an agar Doa Cepat Terkabul

 
user comment