Indonesian
Saturday 20th of April 2024
0
نفر 0

Perjalanan dari Madinah menuju Mekah



Keluar dari Madinah

Imam Husain As bertekad meninggalkan kota Madinah. Pada malam hari beliau pergi ke samping pusara ibunda dan abangnya melaksanakan salat dan kemudian berpamitan lalu kembali ke rumah pada subuh harinya. [18]Pada sebagian literatur yang lain disebutkan bahwa Imam Husain As bermalam di samping pusara datuknya, Rasulullah Saw selama dua malam berturut-turut.

Wasiat Imam Husain kepada Saudaranya

Setelah mengetahui rencana perjalanan Imam Husain As yang sudah dekat itu, Muhammad bin Hanafiyah, saudara Imam Husain As, datang menemui Imam Husian As dengan maksud berpamitan kepada beliau. Imam Husain As membacakan surat wasiat yang ditujukan kepadanya, “…Sesungguhnya aku tidak bangkit untuk kepentingan pribadi dan karena hawa nafsu. Tidak juga untuk melakukan kerusakan. Saya melakukan ini demi memperbaiki umat kakekku. Saya ingin melakukan perintah amar makruf dan nahi munkar. Saya ingin mengikuti teladan dari perilaku kakek dan ayahku, Ali bin Abi Thalib As."

Bertolak Menuju Mekah

Imam Husain As pada malam 28 Rajab dan menurut pendapat yang lain pada 3 Sya’ban tahun ke-60 Hijriah bersama dengan 72 orang Ahlulbait dan sahabat setianya meninggalkan Madinah. Yang ikut dalam perjalanan ini selain Muhammad bin Hanafiyah sebagian besarnya adalah keluarga Imam Husain As seperti putra-putranya, saudara-saudaranya, saudari-saudarinya dan para sepupu beliau. Selain dari Bani Hasyim, 21 orang yang merupakan sahabat setia beliau juga ikut dalam rombongan itu.  Imam Husain As bersama dengan rombongan keluar dari Madinah dengan memilih jalan asli menuju Mekah, suatu langkah yang tidak disepakati oleh orang-orang dekat Imam Husain As.  Di tengah perjalanan menuju Mekah, Imam Husain As bersama rombongan bertemu dengan Abdullah bin Muthi’. Setelah menempuh perjalanan selama 5 hari, pada tanggal 3 Sya’ban tahun ke-60 Hijriah rombongan Imam Husain As tiba di Mekah dan disambut secara hangat oleh warga Mekah dan melaksanakan haji di Baitul Haram.

Rute Perjalanan Imam Husain As dari Madinah menuju Mekah

Madinah (15 Rajab 60 H, Muawiyah meninggal dunia dan pada 28 Rajab 60 H keluarnya Imam Husain As dari Madinah) Dzu Halifah Milal, Sayalah, Arak Zhaniyah, Zuhah, Inayah, Arj, Lahr, Jamal, Saqiyah, Abwah, Gardanah, Harsyah, Rabigh, Juhfah, Qadid, Khalish, ‘Usfan, Marzharan, Mekah Mukarramah. (3 Syaban 60 H, Momen masuknya Imam Husain ke Mekah).


Tibanya Imam Husain As di Mekah

Setelah selama 5 hari menempuh perjalanan dari Madinah akhirnya pada tanggal 3 Sya’ban tahun 60 H Imam Husain As dan sampai di kota Mekah. Penduduk Mekah dan para peziarah Baitul Haram bergembira atas kabar tentang tibanya Imam Husain As ke kota Mekah. Pagi dan petang warga Mekah mendatangi Imam Husain As. Hal ini memunculkan kekhawatiran Abdullah bin Zubair karena ia berharap bahwa penduduk Mekah akan memberikan baiat mereka kepadanya. Abdullah bin Zubair menyadari sepenuhnya bahwa selama Imam Husain As berada di Mekah, tidak akan ada seorang pun yang berbaiat kepadanya karena kedudukan Imam Husain As menurut warga Mekah sangat tinggi dibandingkan dengan kedudukan putra Zubair.

Surat Masyarakat Kufah dan Ajakan Mereka untuk Revolusi

Tidak lama setelah Imam Husain As memasuki kota Mekah, orang-orang Irak menerima kabar tentang kematian Muawiyah dan mendengar bahwa Imam Husain As dan Ibnu Zubair tidak bersedia untuk memberikan baiat kepada Yazid. Mereka berkumpul di rumah Sulaiman bin Shurad Khuza’i kemudian memutuskan untuk menulis surat kepada Imam Husain As dan mengundang beliau ke Kufah. Kemudian surat itu dibawa oleh Abdullah bin Saba’ Hamdani dan Abdullah bin Wal. Keduanya menyusul Imam Husain As di Mekah pada tanggal 10 bulan Ramadhan. Dua hari setelah pengiriman surat pertama yang dikirim oleh orang Kufah itu berlalu, surat lain pun telah datang. Kali ini dibawa oleh Mushie Shaidawi, Abdur Rahman bin Abdullah bin Adin Arkhabi dan ‘Umarah bin Ubaid Saluli yang membawa 150 surat dan setiap surat terdapat satu sampai 4 tanda tangan. Kandungan semua surat itu adalah keinginan penduduk Kufah supaya Imam Husain As datang ke Kufah. Dua hari setelah itu, sampailah surat yang terakhir kepada Imam Husain As. Surat ini dibawa oleh Hani bin Hani Sabi’i dan Sa’id bin Abdullah Hanafi yang berisi tentang keinginan masyarakat Kufah supaya Imam Husain As datang ke Kufah. Yang menarik adalah Syabats bin Rabi’i, Hajar bin Abjar yang merupakan pembesar kerajaan Bani Umayah bersama dengan Yazid bin Kharit bin Yazid bin Ruwaim, ‘Azarah bin Qais, Amr bin Hajaj Zubaidi dan Muhammad Umair Taimi juga menulis surat yang ditujukan kepada Imam Husain As dan menginginkan supaya Imam Husain datang ke Kufah. Walaupun surat-surat yang sampai kepada Imam Husain As sangat banyak, sedemikian sehingga pada satu hari Imam Husain As menerima surat sebanyak 600 surat yang berasal dari masyarakat Kufah, namun beliau tetap saja memikirkannya secara matang-matang. Setelah itu, surat-surat yang lainnya pun tetap berdatangan sehingga jumlah surat itu mencapai 12.000 surat. Kemudian Imam menulis surat dan surat itu diberikan kepada Hani bin Hani Sabi’i dan Sa’id bin Abdullah Hanafi. Dalam surat itu tertulis: “Kini, saya mengutus saudara, sepupu, orang tepercaya dari keluargaku dan aku katakan kepada utusanku untuk melaporkan tentang keadaan, pekerjaan dan pendapat kalian. Apabila utusanku berkata bahwa pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat di antara kalian sebagaimana yang disampaikan oleh utusan-utusan kalian kepadaku dan yang saya baca dalam surat-surat kalian, maka saya akan segera datang kepada kalian.” Oleh itu, Imam Husain menyatakan bahwa kedatangannya ke Kufah adalah karena permintaan penduduk Kufah berdasarkan konfirmasi Muslim bin Aqil.

Utusan Imam Husain As ke Kufah

Imam Husain As mengutus saudara sepupunya, Muslim bin Aqil untuk membawa surat ke Kufah, Irak guna menyelidiki situasi dan kondisi yang terjadi di sana kemudian melaporkannya kepada Imam Husain As. Muslim pada pertengahan bulan Ramadhan secara diam-diam meninggalkan Mekah dan pada tanggal 5 Syawal ia telah sampai di Kufah. Ia tinggal di rumah Mukhtar bin Ubay ‘Ubaid Tsaqafi. Gubernur Kufah pada masa itu adalah Nu’man bin Basyir Anshari.

Orang-orang Syiah, setelah mengetahui bahwa Muslim telah memasuki kota Kufah, mereka mendekati Muslim dan memberikan baiat mereka kepadanya. Laporan yang sampai menerangkan bahwa terdapat 18.000 orang Kufah berbaiat kepada Muslim.

Abdullah bin Muslim, kemudian Umarah bin Uqabah, lalu Umar bin Sa’ad memberikan laporan kepada Yazid tentang ketidakmampuan Nu’man bin Basyir dalam menjalankan roda pemerintahan di Kufah dan meminta supaya Yazid mengambil langkah-langkah yang tegas dan cepat guna mengatasi permasalahan yang ada di Kufah. Yazid bermusyawarah dengan Sirjun Masihi untuk mengangkat Ubaidillah bin Yizad guna mengelola pemerintahan di Kufah dan Basyrah sekaligus Ubaidillah dengan menyamar memasuki kota Kufah dan setelah memasuki istana (Dar al Imarah) ia memperkenalkan diri kepada semua kalangan.

Ubaidillah berorasi di masjid Kufah akibatnya masyarakat Kufah takut untuk melawannya. Ia sangat kejam terhadap pemimpin kabilah dan sangat keras terhadap orang-orang yang menentangny. Muslim bin Aqil, mendengar bahwa Ubaidillah telah datang ke Kufah dan ceramah serta mengetahui bahwa ia sangat keras dan kejam terhadap pemimpin kabilah, maka ia meninggalkan rumah Mukhtar kemudian berlindung di rumah Hani bin Urwah Muradi.  Muslim memberikan surat kepada Abas bin Abi Syabaibi Syakiri untuk disampaikan kepada Imam Husain As. Dalam surat itu diberitakan, “18.000 penduduk Kufah telah berbaiat kepadaku (Muslim). Oleh itu, begitu surat itu sampai, bersegeralah kemari.”

Ibnu Ziyad setelah menguasai Kufah secara relatif dengan mengetahui keadaan yang menimpa Muslim, maka ia mengutus budaknya, Ma’qul untuk menyusup ke tengah-tengah pasukan Muslim.  Ubaidillah setelah mengetahui tempat persembunyian Muslim, membawa Hani ke istana Dar al-Imarah dengan paksa kemudian memenjarakannya.  Dengan tertangkapnya Hani, Muslim memanggil pengikut setianya dengan sebutan “Wahai Penolong Umat” dan dengan 4000 orang mengepung istana Dar al- Imarah. Ubaidillah meminta kepada sebagian pembesar Kufah seperti Katsir bin Syahab bin Khushain Kharati, Muhammad bin Asy’at, Qa’qa Syaur Dhali, Syabats bin Rab’i Taimimi, Hajar bin Abjar ‘Ijli, dan Syimr bin Dzil Jausyan Amiri supaya orang-orang dari kabilah mereka menyebar di sekitar Muslim bin Aqil. Pembesar Kufah ini meminta orang-orang dari kabilahnya ini untuk merayu masyarakat dengan janji harta dan kekayaan penguasa Kufah serta menakut-nakuti mereka bahwa lasykar Syam (Suriah) kini tengah bergerak menuju Kufah. Dengan adanya ceramah dari pembesar Kufah, secara perlahan sahabat setia Muslim bin Aqil meninggalkannya hingga pada suatu malam hanya tersisa 30 orang yang menyertainya. Setelah mengerjakan salat Maghrib dan Isya, yang tersisa ini pun keluar dari Masjid Kufah, meninggalkan Muslim dan kini tinggal seorang diri.

Muslim yang pada saat itu di tinggal sendirian dan berkelana di sepanjang gang-gang kota Kufah, mencari perlindungan di rumah seorang perempuan bernama Thau’ah. Setelah memadamkan pergerakan Muslim, Ibnu Ziyad pergi ke Masjid. Usai melaksanakan salat, ia menyampaikan pidato. Ibnu Ziyad menginstruksikan supaya masyarakat mencari Muslim dari rumah yang satu ke rumah yang lainnya. Pada saat itu, anak laki-laki Thau’ah yang mengetahui tentang tempat persembunyian Muslim memberitahukan kepada pihak penguasa. Ubaidillah mengutus Muhammad bin Asy’ats bersama dengan 70 orang untuk mendatangi rumah Thau’ah.

Ketika Muslim mengetahui bahwa rumah Thau’ah dikepung, ia pergi ke luar rumah dengan membawa pedang dan terlibat pertempuran sengit dengan mereka. Ia akhirnya menderita luka parah dan ditawan. Setelah ditawan, Muslim meminta kepada Muhammad bin Asy’ab dan Umar bin Sa’ad untuk mengutus seseorang kepada Imam Husain As untuk mengabarkan tentang kejadian ini.

Akhirnya, Muslim pada hari Rabu, 9 Dzul Hijah (Hari Arafah)pada tahun 60 H gugur sebagai syahid setelah dua bulan dan 4 hari tinggal di Kufah. Utusan Muhammad bin Asy’ats dan Umar bin Sa’ad berada di rumah Zubalah dan akhirnya sampai ke rombongan Imam Husain As dan menyampaikan pesan Muslim bin Aqil bahwa warga Kufah tercerai berai (tidak setia) atas baiat yang telah mereka berikan sebelumnya kepada Muslim. Imam Husain As sangat sedih atas kesyahidan Muslim bin Aqil daEmpat bulan sebelumnya, Imam Husein as meninggalkan kota Madinah yang merupakan tanah kelahiran dan tempat beliau hidup bersama keluarganya selama ini. Beliau meninggalkan Madinah karena menolak untuk berbaiat atau berjanji setia kepada Yazid, putra Muawiyah, yang secara ilegal telah merebut kekuasaan sebagai khalifah kaum muslimin.

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Seorang Imam juga Berpengetahuan Ghaib
Keutamaan Melaksanakan Sholat di Awal Waktu
Teologi Transformatif
ASAL MULA TIMBULNYA PERSELISIHAN PADA PERIODE RISALAH NABI
Berapa usia orang-orang yang menghuni surga dan neraka?
Fikih Salat Lima Mazhab
EMPATI : JALAN MEMUHAMMADKAN DIRI
Anak-anak Adam dengan siapa mereka menikah?
Tempat Kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Menyingkap Keperibadian hazrat Zainab (A.S)

 
user comment