فَبِما رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَ لَوْ كُنْتَ فَظًّا غَليظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَ اسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَ شاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Q.S Ali Imran ayat 159)
Ayat diatas menjelaskan tentang sikap yang telah di lakukan oleh Rasulullah saw dan sikap yang harus di ambil oleh beliau dalam menghadapi para pengikutnya. Sikap yang di lakukan oleh Rasulullah saw ini adalah demi menjagaa keutuhan umat dan agar mereka tetap berada dalam lingkaran beliau. Tugas Rasulullah saw tidak hanya mengajak kaum Musyrikin ke ajaran Tauhid saja, tapi juga bagaimana menjaga umat yang telah bertauhid itu agar tetap bersamanya dan mengikuti ajaran Islam. Tugas kedua ini tidak kalah berat dari tugas yang pertama. Bahkan menjaga dan merawat sesuatu lebih berat daripada membangunnya.
Setidaknya ada empat sikap yang di jelaskan dalam ayat tersebut yaitu; lemah lembut, memaafkan, dialog, dan tawakkal. Empat sikap ini mutlak di butuhkan oleh Rasulullah saw dalam menjaga keutuhan umat, dan beliau tentu sudah melakukannya dengan baik dan sempurna. Sejarah kehidupan beliau penuh dengan catatan-catatan tentang sikap beliau yang indah dan mulia dalam menghadapi tingkah polah sebagian para pengikutnya
Alquran telah merekam beberapa sikap sebagian pengikut Rasulullah saww di hadapan Rasulullah saw, dan bagaimana beliau menghadapi mereka, khususnya dalam surat Al-Hujurat. Sikap beliau yang lemah lembut, sabar dan mengayomi menjadikan beliau seorang teladan yang tidak tertandingi. Yang menarik adalah bahwa meskipun beliau sudah berusaha dengan sempurna melalui sikap-sikapnya itu dalam menjaga agar mereka tetap berada dalam lingkaran kebenaran, namun hal itu tidak menjadi jaminan bahwa mereka akan tetap berada dalam lingkaran kebenaran. Karena, hal itu menjadi otoritas Allah swt.
Dialah yang memberi petunjuk yang di kehendakiNya. Atas dasar itu ayat di atas memerintahkan beliau agar bertawakkal. Perintah untuk bertawakkal memberikan satu ruang kepada beliau agar tidak terlalu terbebani dengan tugas yang sangat berat itu, yaitu menjaga keutuhan mereka dan agar mereka tetap berada dalam lingkaran kebenaran. Beliau di perintahkan agar menyerahkan semua itu kepada Allah swt.