Indonesian
Friday 19th of April 2024
0
نفر 0

Ketika Imam Ali As Memasrahkan Dirinya kepada Allah Swt

Ketika Imam Ali As Memasrahkan Dirinya kepada Allah Swt

malam ini adalah malam pertama Rabiul Awal, yang dikenal juga dalam sejarah Islam dengan sebutan Lailatul Mabit. Malam dimana Imam Ali As berbaring dipembaringan Rasulullah Saw menggantikan posisi beliau Saw yang saat itu menjadi incaran pembunuhan kaum kafir Qurays.

Lailatul Mabit adalah malam turunnya perintah dari Allah Swt atas Nabi Muhammad Saw untuk melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah disebabkan adanya keputusan tokoh-tokoh Qurayis untuk menghabisi nyawa Nabi Saw. Dan melalui perintah Allah Swt pula, Imam Ali As diminta malam itu berbaring dipembaringan Nabi Saw sehingga orang-orang yang mengincar nyawa Nabi Saw menyangka ia masih tetap berada di rumah dan bukannya telah pergi meninggalkan Mekah.

Untuk mengabadikan peristiwa ini dan untuk menunjukkan besarnya keutamaan Imam Ali As yang menggantikan posisi Nabi Muhammad Saw dipembaringannya, Allah Swt menurunkan ayat, «وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّـهِ ۗ وَاللَّـهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ» yang artinya: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. [Qs. Al-Baqarah: 207]

Berdasarkan literatur sejarah, kaum kafir Qurays menjadi panik dan gelisah akan dakwah tauhid Nabi Saw yang mengalami perkembangan pesat. Warga Mekah secara umum mulai terpikat hatinya untuk mengikuti ajaran-ajaran tauhid yang didakwahkan oleh Rasulullah, keluarga dan sejumlah sahabatnya. Dengan meninggalnya Abu Thalib, pembesar kafir Quraisy menjadi leluasa untuk melakukan gangguan terhadap kaum muslimin, termasuk kepada Nabi Saw sendiri. Nabi Sawpun melihat masa depan kaum muslimin yang masih sedikit saat itu berada dalam bahaya, yang jika tidak mengambil keputusan penting untuk menyelamatkannya, nyawa kaum muslimin bisa terancam dan dihabisi tak bersisa. Dengan adanya perjanjian yang disepakati dengan warga Madinah, Nabipun memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke kota Madinah. Hijrahpun dilakukan kaum muslimin secara bertahap dan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang pergi meninggalkan kota Mekah dengan cara diam-diam pada malam hari. Akhirnya, karena putus asa dan tidak berdaya untuk menghentikan dakwah Nabi Saw, pembesar kaum Qurays pun pada akhirnya mengambil keputusan untuk menghabisi nyawa Nabi Saw.

Sekelompok pembesar Qurays yang anti Islam berkumpul di Darul Nadwah dan melakukan rapat penting untuk memutuskan cara seperti apa yang dilakukan untuk membunuh Muhammad. Sebagian perawi menukilkan bahwa Iblispun ikut dalam rapat itu dengan berwujud seorang laki-laki tua, dan memberikan saran dalam rapat tersebut. Setelah melakukan rapat, Abu Jahal yang memimpin rapat itu memutuskan bahwa setiap kabilah mengirimkan delegasinya seorang pemuda yang akan diperintahkan untuk menyerbu rumah Nabi Muhammad Saw dan membunuhnya. Dengan adanya perwakilan masing-masing kabilah, maka Bani Hasyim tidak akan mampu menuntut darah Nabi Saw yang tertumpah kecuali bersedia untuk menghadapi semua kabilah yang ada.

Turunnya Ayat

Dengan adanya keputusan Qurays tersebut, Jilbril As segera menemui Nabi Muhammad Saw dan menyampaikan pesan Allah Swt. Ayat yang disampaikan Jibril As kepada Nabi Muhammad Saw adalah, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” [Qs. al-Anfal: 30]. Nabi Muhammad Saw atas perintah Allah Swt, memutuskan malam itu juga segera bergegas meninggalkan kota Mekah menuju Yastrib, menyusul kaum muslimin yang telah lebih dulu berangkat kesana.

Pada malam itu, rumah Nabi Saw sudah dalam keadaan terkepung oleh para algojo masing-masing kabilah. Nabi Saw kemudian membaca, وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ yang artinya: Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. [Qs. Yasin: 9] seketika para algojo kaum Qurays tersebut tidak mampu melihat Nabi Saw yang berlalu ditengah-tengah mereka sehingga dengan demikian meninggalkan kota Mekah dalam keadaan aman.

Kronologis Lailatul Mabit

Nabi Saw pada malam pertama bulan Rabiul Awal berkata kepada Imam Ali As, “Kaum musyrikin malam ini berencana untuk melakukan pembunuhan atasku. Bersediakah kamu berbaring di posisiku, sehingga akupun dengan aman menuju goa Tsaur?”

Imam Ali As menjawab, “Apakah dengan itu, anda bisa melakukan perjalanan dengan selamat?” Nabi Saw menimpali, “Iya.” Imam Ali As kemudian tersenyum dan melakukan sujud syukur. Beliau berkata, “Lakukanlah yang semestinya harus dilakukan ya Rasulullah, mata telinga dan jiwaku kukorbankan untukmu. Dan apapun yang engkau perintahkan, akan saya lakukan.” Mendengar jawaban yang penuh dengan ketegasan dan kemantapan hati itu, Nabi Muhammad Saw memeluk imam Ali As lalu kemudian keduanya berpisah.

Sewaktu Imam Ali As berbaring di pembaringan Rasulullah Saw, Jibril As mendatangi bagian kepalanya, sementara malaikat Mikail berada dibagian kaki Imam Ali As. Malaikat Jibril As berkata, “Keberkahan atas orang sepertimu wahai putera Abu Thalib. Allah Swt telah membanggakan kamu di hadapan malaikat-malaikatnya.”

Sejumlah pemuda Qurays yang diutus untuk melakukan pembunuhan atas Rasulullah, sejak menjelang maghrib telah mengepung rumah beliau untuk memblokadennya dan berencana akan melakukan aksinya pada saat tengah malam, sebagaimana usul Abu Lahab yang berkata, “Pada waktu itu, perempuan dan anak-anak telah berada di dalam rumah. Sehingga orang-orang Arab tidak akan menuntut kami dan mengatakan kami telah merusak hubungan kekerabatan.”

Imam Ali As yang saat itu berada didalam rumah, menutup pintu dan kain-kain jendela. Kemudian berbaring dipembariang Nabi Saw. Orang-orang Quraisy berkali-kali melemparkan kerikil ke atas pembaringan itu, untuk memastikan bahwa ada seseorang yang sedang berbaring disitu, dan sudah pasti bahwa itu adalah Muhammad yang hendak mereka bunuh.

Pada waktu yang telah ditentukan, orang-orang Qurays tersebut segera menyerang rumah Nabi Saw. Memasuki rumah Nabi dan menemukan Imam Ali As yang sedang berbaring diatas ranjang. Mereka marah seketika dan bertanya, “Kemana Muhammad?” Imam Ali As menjawab, “Apakah kamu mengamanahkan ia kepada saya, sehingga kau menginginkannya dariku? karena ia ada keperluan, terpaksa ia harus meninggalkan rumah ini.”

Jawaban yang diberikan Imam Ali As dalam keadaan tetap tenang tersebut membuat mereka murka. Mereka menyeret Imam Ali As keluar rumah dan memukulinya, sebagai pelampiasan amarah mereka telah gagal melakukan tugas. Kemudian Imam Ali As ditahan di masjidil Haram, yang tak lama kemudian dibebaskan. Pada saat itu juga, sebagian dari orang-orang Qurays itu menyusul Nabi Muhammad Saw yang menurut dugaan keras mereka sedang menuju ke Madinah, sementara Nabi Saw justru kearah yang bersebrangan, yaitu di gua Tsaur.

Namun sebagian sejarahwan menuliskan kronologi yang berbeda dari peristiwa penyerbuan rumah Nabi Saw oleh sejumlah orang Qurays. Disebutkan, sebagian dari pemuda Qurays itu, memasuki rumah Nabi. Saat itu rumah di Mekah tidak memiliki pintu khusus dari kayu dan sebagainya, hanya berupa kain yang dijuntaikan menggantung sebagai penutup pintu. Karena menduga yang berbaring dipembaringan di rumah Nabi Saw tersebut, adalah Nabi sendiri yang menjadi incaran mereka, salah seorang mereka dengan penuh nafsu dan kebencian mengayunkan pedang kearah seseorang yang sedang tampak tertidur lelap dihadapannya. Namun betapa tercengangnya orang tersebut, karena ayunan pedang tersebut ditahan seketika dengan tangan kosong, oleh Imam Ali As yang terbangun seketika. Orang Qurays tersebut kaget dan berteriak histeris sebab tidak menyangkan tebasan pedangnya malah ditahan seseorang. Sebagian dari mereka segera menuju kearah teriakan tersebut, sebagian lagi karena panik dan takut malah melarikan diri terbirit-birit. Dalam kegelapan, mereka akhirnya melihat bahwa yang berada dipembaringan itu adalah Imam Ali As.

Mereka membentak, “Bukankah kamu Ali?” Imam Ali As menjawab, “Iya, saya Ali.”

“Kami tidak punya urusan denganmu, tapi segera beritahu, dimana Muhammad?”

Imam Ali As menjawab, bahwa beliau tidak tahu menahu dimana keberadaan Muhammad yang mereka cari. Seketika itu juga mereka berkeliling kesetiap sudut rumah mencari Muhammad, namun tidak mereka temukan.

Peristiwa ini kemudian menjadi penyebab turunnya ayat 207 dari surah al-Baqarah, yang secara khusus menyebutkan keutamaan Imam Ali As yang dengan berani siap mengorbankan jiwanya demi keselamatan Nabi Muhammad Saw. Hal ini disepakati oleh ulama Ahlusunnah dan Syiah, dan menyebut peristiwa malam itu sebagai Lailatul Mabit

Daftar Pustaka

-Al Irsyad, Syaikh Mufid.

-Furuqh Ubudiyat, Ayatullah Ja’far Subhani.

-Situs Wiki Syiah.

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Tempat Kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Menyingkap Keperibadian hazrat Zainab (A.S)
Akhlak dan Ilmu Akhlak
AlQuran Bukan Produk Budaya
Mengenal Peristiwa Mubahalah
3 Tips Al-Qur’an agar Doa Cepat Terkabul
Filosofi Peringatan Acara Hari Ketiga, Ketujuh, Keempat Puluh dan Haul Kematian
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 1-2
Tanya Jawab mengenai Syafaat dalam Al-Quran
Mengapa Abdul Mutthalib memberikan nama anaknya dengan nama Abdul Uzza?

 
user comment