Indonesian
Friday 29th of March 2024
0
نفر 0

Membongkar Kecerobohan Buku "Mungkinkah Sunnah-Syi'ah Dalam Ukhuwah?" (Seri Pertama)

Membongkar Kecerobohan Buku "Mungkinkah Sunnah-Syi'ah Dalam Ukhuwah?" (Seri Pertama)

Lima santri dari Pondok Pesantren Sidogiri menulis buku berjudul "Mungkinkah Sunnah-Syi'ah Dalam Ukhuwah?" (selanjutnya: MSSDU). Buku itu tidak hanya difokuskan untuk menanggapi buku "Sunnah-Syi'ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?" karya Prof. Quraish Shihab, tapi juga menanggapi beberapa hal terkait dengan Syi'ah yang belum diperinci oleh Prof. Quraish Shihab.

Beberapa hari yang lalu, ketika lagi online, saya melihat ada orang yang menjual cetakan baru buku itu. Lalu segera saya pesan. Alhamdulillah, setelah menunggu 3 hari, buku sampai dengan selamat dan saya pun membacanya. Cetakan terbaru covernya warna hitam, cetakan ketujuh, terbit tahun 1437 H/2016 M.

Jika diperhatikan, buku MSSDU tampak ilmiah. Tampak ilmiah karena menampilkan kutipan-kutipan teks Arab disertai keterangan kitab-kitab yang dijadikan rujukan. Tapi jika lebih teliti lagi, kita akan menemukan beberapa kecerobohan yang dilakukan oleh penulis buku itu.
______________

Pembahasan

Salah satu kecerobohan yang dilakukan sang penulis adalah mengenai lafazh "waliyyu kulli mu'minin ba'di" (wali setiap mukmin sepeninggalku) dalam hadits tentang Imam 'Ali as. Dalam buku MSSDU, halaman 186, tertulis:

"Kata-kata tersebut hanya diriwayatkan oleh Ja'far bin Sulaiman. Sedangkan status Ja'far bin Sulaiman, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Hajar al-'Asqalani dalam Tahdzib at-Tahdzib, adalah orang yang sangat kental akan ke-Syiah-annya."

Tanggapan:

Tampak dari pernyataan tersebut, penulis seakan ingin mengaitkan ke-Syi'ah-an Ja'far bin Sulaiman dengan keberadaan lafazh "waliyyu kulli mu'minin ba'di". Penilaian itu tidak dapat diterima karena ke-Syi'ah-an seorang perawi tidak otomatis mempengaruhi hadits yang diriwayatkannya.

Ibn Hajar Al-'Asqalani dalam kitab Taqrib Al-Tahdzib, halaman 199, menilai Ja'far bin Sulaiman sebagai berikut:

صدوق زاهد

"Orang yang jujur lagi zuhud"

Dalam kitab Al-Kasyif, jilid 1, halaman 294, Al-Dzahabi berkomentar mengenai Ja'far bin Sulaiman, berikut:

ثقة فيه شيء مع كثرة علومه، قيل كان أميا، وهو من زهاد الشيعة

"Tsiqah, ilmunya banyak, dikatakan bahwa dia ummi, dan termasuk Syi'ah yang zuhud"

Apakah pantas dicurigai negatif hadits dari perawi Syi'ah yang tsiqah, shaduq (jujur), dan zuhud? Ulama hadits Ahlussunnah seperti Syaikh Husain Salim Asad dalam tahqiqnya atas riwayat Abi Ya'la no. 355, menyatakan hadits itu para perawinya adalah perawi shahih dan tidak mempermasalahkan status ke-Syi'ah-an Ja'far bin Sulaiman. Oh iya, ini sekaligus membuktikan ternyata ada juga Syi'ah yang diakui memiliki sifat-sifat terpuji dalam kitab-kitab Ahlussunnah. Jadi yang namanya Syi'ah tidak otomatis tercela.
______________

Mari kita lanjut. Penulis dalam bukunya pada halaman 187 menyatakan:

"Selanjutnya, jika dikatakan bahwa hadits ini memiliki penguat, sebab juga diriwayatkan melalui jalur Ajlah Al-Kindi, sebagaimana dicantumkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya."

Tanggapan:

Mengerankan, penulis pada halaman 186 menyatakan "Kata-kata tersebut hanya diriwayatkan oleh Ja'far bin Sulaiman", tapi pada halaman 187 malah menyatakan "sebab juga diriwayatkan melalui jalur Ajlah Al-Kindi...". Inilah kontradiksi yang dilakukan penulis buku MSSDU. Jika dari awal ia mengetahui bahwa hadits tersebut diriwayatkan dari jalur lain, maka ia tidak perlu berkomentar menggunakan kalimat "hanya diriwayatkan oleh..."
______________

Masih pada halaman 187, penulis menyatakan:

"Yang menjadi bukti bahwa tambahan hadits ini hanya melalui jalur dua orang Syi'ah itu adalah, ketika Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini dari beberapa jalur selain Ja'far bin Sulaiman dan Ajlah al-Kindi, beliau tidak mencantumkan tambahan 'wa huwa waliyyu kulli mu'minin min ba'di'."

Tanggapan:

Inilah letak kecerobohan penulis MSSDU. Keliru jika beranggapan bahwa hadits dengan lafazh "waliyyu kulli mu'minin ba'di" hanya diriwayatkan dari jalur Ja'far bin Sulaiman dan Ajlah Al-Kindi. Semakin keliru lagi jika anggapan itu diklaim berdasarkan periwayatan Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya.

Hadits yang menggunakan lafazh "waliyyu kulli mu'minin ba'di..." itu diriwayatkan juga dari jalur Abu Balj. Dalam kitab Musnad Abu Dawud Al-Thayalisi, jilid 4, halaman 469-470, riwayat no. 2875, berikut:

حدثنا أبو عوانة عن أبي بلج عن عمرو بن ميمون عن بن عباس ان رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لعلي : انت ولي كل مؤمن بعدي.

"Telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Abi Balj dari 'Amru bin Maimun dari Ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada 'Ali: Engkau adalah wali setiap mukmin sepeninggalku"

Hadits dengan jalur Abu 'Awanah dari Abi Balj dari 'Amru bin Maimun dari Ibn 'Abbas dishahikan oleh Syaikh Ahmad Syakir ketika mentahqiq riwayat Ahmad no. 3062 dan no. 3063.

Perlu diketahui, pernyataan penulis buku MSSDU bahwa dalam kitab Musnad Ahmad tidak ada lafazh itu dari beberapa jalur lain, bertentangan dengan fakta adanya lafazh itu yang diriwayatkan dari jalur Abi Balj dalam kitab Musnad Ahmad yakni riwayat no. 3062 yang dishahikan oleh Syaikh Ahmad Syakir.

[Muhammad Bhagas]

______________

Referensi:

1. Al-Hafizh Ahmad bin 'Ali bin Hajar Al-'Asqalani, Taqrib Al-Tahdzib, tahqiq: Abu Al-Asybal Shagir Ahmad Syagif Al-Bakistani (Riyadh: Dar Al-'Ashimah, t.th.), tarjamah no. 950, hlm. 199.

2. Syams Al-Din Abi 'Abd Allah Muhammad bin Ahmad Al-Dzahabi Al-Dimasyq, Al-Kasyif fi Ma'rifati Man Lahu Riwayatun fi Al-Kutub Al-Sittah, tahqiq: Muhammad 'Awwamah dan Ahmad Muhammad Nimr Al-Khatib, cet. 1, jilid 1 (Jeddah: Dar Al-Qiblah lil Tsaqafah Al-Islamiyyah dan Mu'assasah 'Ulum Al-Qur'an, 1413 H/1992 M), tarjamah no. 792, hlm. 294.

3. Ahmad bin 'Ali bin Al-Mutsanna Al-Tamimi, Musnad Abi Ya'la Al-Maushuli, tahqiq: Husain Salim Asad, cet. 2, jilid 1 (Damaskus: Dar Al-Ma'mun lil Turats, 1410 H/1989 M), riwayat no. 355, hlm. 293.

4. Sulaiman bin Dawud bin Al-Jarud, Musnad Abi Dawud Al-Thayalisi, tahqiq: Muhammad bin 'Abd Al-Muhsin Al-Turki, cet. 1, jilid 4 (Kairo: Hajar lil Thaba'ah wa Al-Nasyr wa Al-Tawzi' wa Al-I'lan, 1420 H/1999 M), riwayat no. 2875, hlm. 269-270.Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Al-Musnad, tahqiq: Ahmad Muhammad Syakir, cet. 1, jilid 3 (Kairo: Dar Al-Hadits, 1416 H/1995 M), riwayat no. 3062 dan 3063, hlm. 330-333.

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Hukum dan Adab-adab Iktikaf
Apakah hakikat ruh berdasarkan hadis-hadis Islam dan mengapa hal ini tidak diutarakan ...
Pengamat: Hari Quds Sedunia; Pameran Kekuatan Dunia Islam
Ferdowsi, Pelita Yang Tak Pernah Redup
Orangtua yang Durhaka
Naa Lho.. Hadis Palsu dan Lemah dalam Shahih Bukhari
Perimbangan Kekuatan di Suriah Berpihak pada Damaskus
Ketua Umum MUI Makassar Tutup Usia
Salat dengan Tangan Terbuka atau Tertutup
Keterzaliman Fathimah Az-Zahra, Kenyataan Sejarah yang Tidak Bisa Ditolak

 
user comment